Liputan6.com, Makassar - Ratusan siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 17 Makassar, Sulawesi Selatan, melakukan aksi mogok belajar pada Kamis (6/2/2025). Aksi itu sebagai bentuk protes setelah mereka terancam gagal masuk perguruan tinggi melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Aksi ini merupakan kelanjutan dari demonstrasi yang dilakukan sehari sebelumnya, akibat kesalahan penginputan data oleh operator sekolah. Akibatnya 148 siswa berprestasi di salah satu sekolah unggulan di Indonesia Timur itu terancam gagal mengikuti SNBP.
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kehumasan SMAN 17 Makassar, Kartini Kurnia membenarkan hal tersebut. Dia mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar untuk kelas XII terhenti karena minimnya kehadiran siswa.
"Sebagian besar siswa kelas XII mogok belajar. Hanya segelintir yang hadir, sehingga tidak memungkinkan untuk mengadakan proses belajar mengajar,” kata Kartini, Kamis (6/2/2025).
Menurut Kartini, sekitar 80 persen siswa kelas XII tidak masuk sekolah. Ia memahami langkah yang diambil para siswa sebagai bentuk kekecewaan atas permasalahan SNBP. Bahkan, pihak orang tua turut mendukung aksi ini dengan memastikan anak-anak mereka tetap berada di rumah.
“Kami memaklumi perasaan siswa. Mungkin mereka merasa tertekan dan kecewa. Daripada mereka datang ke sekolah dan hanya ribut, lebih baik tetap di rumah dulu. Tapi jangan terlalu lama,” tambahnya.
Meskipun siswa mogok belajar, pihak sekolah tetap memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah sebagai persiapan masuk perguruan tinggi melalui jalur lain.
Kelalaian Operator
Kartini menuturkan gagalnya 148 siswa mengikuti SNBP disebabkan oleh kelalaian operator sekolah dalam menginput data ke dalam Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Kartini mengonfirmasi bahwa hal ini merupakan kesalahan manusia atau human error.
“Tahun ini ada sistem baru yang lebih mudah, yakni E-Raport. Namun, karena kelalaian dari pihak kami, tetap terjadi kesalahan,” jelasnya.
Sementara itu, staf kurikulum SMA Negeri 17 Makassar, Ratny Gandarwaty menjelaskan bahwa E-Raport sebenarnya dirancang untuk mempermudah proses penginputan nilai siswa ke PDSS. Namun, karena dianggap terlalu mudah, tugas ini dikerjakan hanya oleh satu orang operator. Sayangnya, operator tersebut lalai dan tidak memperhatikan batas waktu penginputan.
“Tahapan pengisian PDSS ada empat, termasuk penginputan profil sekolah dan nilai. Sayangnya, tahap terakhir, yaitu penginputan nilai, belum sempat diunggah oleh operator kami,” terangnya.
Operator sekolah mengira bahwa batas akhir penginputan data masih berlangsung hingga malam hari pada 31 Januari, padahal sebenarnya hanya sampai sore hari. Akibatnya, seluruh siswa kelas XII kehilangan kesempatan untuk mengikuti SNBP.
Meski demikian, pihak sekolah masih berupaya mencari solusi. Kepala sekolah dan petugas operator telah berangkat ke Jakarta untuk memperjuangkan nasib para siswa agar tetap bisa mengikuti SNBP.
“Kami belum menyatakan ini kegagalan final. Kami masih berjuang,” tegas Ratny.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Ratusan siswa SMKN 5 Tangerang Selatan melakukan aksi protes pada Senin pagi di Jalan Benda Raya, Kecamatan Pamulang, atas dugaan pelecehan yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah tersebut.