Liputan6.com, Bandung - Sekretaris Daerah Jawa Barat (Jabar) Herman Suryatman menyebutkan daya tampung Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat tinggal 41 hari mendatang.
Menurut Herman dari empat zona penampungan sampah di TPPAS Sarimukti, tinggal Zona 3 yang masih dapat dioperasikan. Selebihnya kata Herman telah penuh.
"Sarimukti itu ada empat zona. Zona 1 penuh, Zona 2 penuh, Zona 4 juga sama tidak bisa digunakan karena penuh tinggal Zona 3. Nah, Zona 3 ini sudah kami ukur kurang lebih itu kapasitasnya 50 ribu ton lagi. Sehari sampah masuk ke Sarimukti 1.200 ton, jadi usia Sarimukti di Zona 3 itu hanya 41 hari (lagi)," ujar Herman dalam siaran medianya, Bandung, Selasa (6/5/2025).
Herman mengaku telah menyiapkan antisipasi Zona 3 di TPPAS Sarimukti penuh, otoritasnya telah membangun penampungan sampah tambahan di Zona 5 yang kini sedang dalam tahap penyelesaian akhir.
Zona 5 penampungan sampah ini ditargetkan beroperasi pada pertengahan Juni 2025. Namun, Herman mengaku untuk menanggulangi sampah di kawasan Bandung Raya yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi, keberadaan Zona 5 Sarimukti tidak menjanjikan.
"Dalam rapat Pak Gubernur menyampaikan bahwa tidak bisa kita hanya mengandalkan Sarimukti karena terbatas. Jadi harus ada upaya progresif dari kabupaten kota di cekungan Bandung dan kita akan perjuangkan bersama-sama dengan gotong royong," kata Herman.
Herman juga menyampaikan perkembangan proyek TPPAS Legok Nangka di Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, sebagai solusi jangka panjang pengolahan sampah regional.
Saat ini, prosesnya menunggu surat penugasan dari Kementerian ESDM ke PLN agar bisa masuk tahap financial close akhir 2025.
"Kalau surat penugasan keluar, pembangunan instalasi waste to energy oleh konsorsium bisa dimulai awal 2026. Targetnya selesai dalam 36 bulan. Itu akan sinkron dengan habisnya usia pakai Sarimukti pada pertengahan 2028," jelas Herman.
Dengan sinergi dan gotong royong antar pemangku kepentingan, Herman optimistis, Jawa Barat bisa keluar dari situasi darurat sampah dan membangun sistem pengelolaan yang lebih berkelanjutan.
Sebelumnya, Herman Suryatman menghadiri Rapat Koordinasi Pengelolaan Persampahan dan Lingkungan Hidup Secara Terpadu dan Terintegrasi di Wilayah Priangan Jawa Barat bersama Gubernur Jabar Dedi Mulyadi di Gedung Negara Pakuan, Kota Bandung, Senin (5/5/2025).
Kajian ITB soal TPPAS Sarimukti
Dicuplik dari laman Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB), Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti yang terletak di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat kini harus menghadapi sebuah tantangan besar.
Pasalnya, TPPAS yang semula dibangun sebagai solusi darurat pasca longsor besar di TPPAS Leuwigajah pada tahun 2005 itu awalnya dirancang untuk menampung hanya 2 juta ton sampah.
Namun, sejak mulai beroperasi sebagai TPPAS Regional pada Mei 2006, kapasitasnya yang semula dirancang untuk 2 juta ton sampah tersebut kini terus membludak jauh melampaui kapasitas yang semula dirancang hingga mencapai 16 juta ton, atau sekitar delapan kali lipat dari kapasitasnya.
Hal tersebut terjadi dikarenakan TPPAS Sarimukti menjadi tempat akhir perjalanan sampah dari empat kota besar yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Pertanyaannya adalah seberapa besar kapasitas ruang timbunan sampah yang masih memungkinkan terus dilakukan sehingga tidak membawa petaka bagi warga maupun pekerja yang masih mengais rejeki di sekitar timbunan sampah.
Tim pengabdian masyarakat dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB yang diketuai oleh Dr. Eng. Asep Saepuloh dengan anggota Dr. Astyka Pamumpuni dari Prodi Teknik Geologi, Muhammad Rais Abdillah, Ph.D dari Prodi Meteorologi, Sella Lestari Nurmaulia, M.T. dari Prodi Teknik Geodesi dan Geomatika, serta mahasiswa-mahasiswa MBKM FITB-ITB telah melakukan penelitian dengan judul Observasi Geologi dan Analisis Spasial Untuk Optimalisasi Lahan Urug TPPAS Sarimukti.
Hasil Penelitian
Dalam penelitian tersebut tim pengabdian masyarakat FITB menemukan bahwa kapasitas optimal TPPAS Sarimukti dengan memperhatikan faktor morfologi sudah tercapai sejak tahun 2010.
Setelah tahun 2010, tumpukan sampah yang menggunung tidak lagi memiliki pembatas topografi sebagai penahan gelinciran terutama di sisi selatan.
Selain itu, kontribusi air limpasan yang berasal dari air hujan juga menjadi faktor yang memberi beban tambahan terhadap tumpukan sampah karena TPPAS Sarimukti ini berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sarimukti dengan area yang cukup luas sekitar 160 ha.
Berdasarkan curah hujan minimum dan maksimum terhadap luas DAS, tim FITB menghitung debit air limpasan yang masuk ke DAS Sarimukti tertinggi sekitar 114 m³/s pada dua puncak musim hujan yaitu November dan Maret, serta terendah sekitar 31 m³/s pada puncak musim kemarau yaitu Agustus.
Hasil kajian yang diperoleh tim pengabdian masyarakat FITB sudah disampaikan kepada Ketua UPTD Pengelolaan Sampah Regional Jawa Barat dan jajarannya pada Kamis, 21 November 2024 melalui kegiatan workshop di Kantor UPTD DLH Provinsi Jawa barat Jl. Kawaluyaan Indah Raya, Kota Bandung.
Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang diberikan oleh tim pengabdian masyarakat FITB yaitu:
1. Relokasi TPA sangat direkomendasikan karena kapasitas ruang yang lebih kecil daripada volume sampah yang bercampur air limpasan, serta daya data dukung geologi yang sangat rendah.
2. Keberadaan sesar turun di sisi Barat perlu dihindari dari kegiatan penimbunan sampah untuk mengantisipasi penetrasi cairan lindi ke dalam air tanah. Pembatas seperti tembok yang kedap direkomendasikan untuk sisi barat.
3. Berdasarkan data temperatur dan konduktivitas tanah, di sisi barat dan selatan memiliki kerentanan paling tinggi sehingga perlu dibatasi ketebalan timbunan sampah.
4. Rekayasa sistem drainase ke arah selatan yang tahan terhadap tekanan sampah perlu dibuat agar beban tumpukan sampah oleh air limpasan berkurang.
5. Rekayasa penahan gelincir material sampah yang kuat, tetapi mampu meloloskan air, di sisi selatan perlu dibuat untuk mengantisipasi terjadinya longsor sampah. Penahan seperti bronjong disarankan untuk digunakan.