Liputan6.com, Bandung - Gudeg dikenal sebagai salah satu hidangan tradisional khas Indonesia yang berasal dari Yogyakarta. Hidangan ini terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah selama berjam-jam.
Kemudian melalui proses tersebut nangka tersebut akhirnya bertekstur lembut dan memiliki rasa manis yang khas. Gudeg biasanya disajikan bersama dengan nasi, sambal goreng krecek, ayam kampung, telur rebus, dan tahu atau tempe bacem.
Warna kecoklatan pada gudeg didapatkan dari daun jati yang digunakan dalam proses memasak. Hidangan ini sangat mencerminkan kekayaan budaya kuliner Jawa dengan cita rasa manis dan kaya rempah.
Melansir dari beberapa sumber gudeg mempunyai perjalanan sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Mataram di abad ke-16. Konon pada saat itu, nangka menjadi bahan yang mudah ditemukan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Sehingga masyarakat mulai memanfaatkan buah ini sebagai bahan dasar untuk masakan. Gudeg kemudian berkembang menjadi makanan utama yang sering disajikan dalam acara-acara penting kerajaan.
Kemudian popularitas gudeg mulai menyebar ke kalangan masyarakat umum dan menjadikannya sebagai hidangan khas yang hingga saat ini melekat dengan identitas Yogyakarta.
Di kota asalnya, Gudeg bisa ditemukan dengan mudah dan bahkan memiliki rasa khasnya tersendiri. Diketahui ada salah satu tempat gudeg yang populer dan legendaris di Yogyakarta wajib untuk dikunjungi yaitu Gudeg Yu Djum.
Sejarah Gudeg Yu Djum
Melansir dari situs resminya tempat makan ini dirintis oleh seorang bernama Djuwariah atau akrab dikenal dengan nama “Yu Djum”. Adapun tempatnya berdiri sejak tahun 1950-an tepatnya pada 1951.
Sebagai informasi, Djuwariyah merupakan seorang perempuan yang lahir dari keluarga yang sudah lebih dahulu memiliki bisnis kuliner khas Jogja yaitu Gudeg. Melalui pengalaman keluarganya sejak remaja dia telah miliki impian mempunyai rumah makannya sendiri.
Mimpi tersebut akhirnya terwujud secara perlahan dengan menjual rumput untuk pakan ternak kepada para tetangga yang berada di sekitar rumahnya. Melalui modal tersebut menjadi awal perjalanan Yu Djum berjualan.
Dia mulai membeli peralatan hingga sejumlah kebutuhan untuk memasak gudeg khas miliknya. Adapun pertama kali Yu Djum menjajakan gudeg buatannya di Kampung Widjilan tepatnya di sebelah selatan Plengkung Wijilan.
Berjualan di Lapak Kecil dan Asal Mula Namanya
Djuwariyah atau Yu Djum kemudian memulai bisnisnya dengan mendirikan lapak kecil dengan meja dan kursi yang sederhana. Sementara itu, dia memasak sajian gudegnya di Kampung Karangasem-Mbarek.
Perjalanannya menjajakan dagangan gudeg dilakukan tanpa menyerah karena ia rela berjualan dengan menggunakan becak pulang pergi. Sedikit demi sedikit bisnisnya mulai berkembang dan terkumpul untuk membeli tanah serta bangunan rumah.
Tepat di tahun 1985 dia membuka warung makan Gudeg dengan nama Gudeg Yu Djum di Wijilan. Diketahui nama tempat makannya tersebut berawal dari para pelanggan yang sering memanggilnya “Yu” yang berarti singkatan dari “mbakyu”.
Panggilan mbakyu sendiri diberikan untuk orang lebih tua khusus perempuan dalam bahasa Jawa. Sementara itu kata “Djum” dalam nama tempatnya berasal dari nama pendek dari sang pendiri yaitu Djuwariyah.
Menjadi Kuliner Legendaris
Sejak itu tahun ke tahun bisnis Gudeg Yu Djum semakin populer dan dikenal oleh masyarakat Jogja dan sekitarnya. Diketahui pada tahun 1993 dapur utamanya yang berada di Kampung Karangasem mulai difungsikan menjadi warung makan untuk menjual gudeg.
Sehingga tempat makannya yang berada di Kampung Karangasem menjadi tempat Gudeg Yu Djum Pusat karena sejak awal menjadi dapur dan warung utama. Bisnis Gudeg Yu Djum saat ini jadi kuliner yang wajib untuk dikunjungi ketika berlibur ke Jogja.
Bahkan Gudeg Yu Djum telah memiliki sejumlah cabnag di beberapa lokasi untuk para penggemarnya. Melansir dari media sosial resminya Gudeg Yu Djum juga menjual menunya dalam kemasan kaleng hingga vakum untuk bisa dijadikan oleh-oleh.
Pengunjung yang ingin mencicipi Gudeg Yu Djum di tempat makan pusatnya bisa mengunjunginya di Jl. Kaliurang Km. 4,5 CT III/22 Gang Cokrowolo Karangasem, Mbarek, Jl. Agro, Kocoran, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.