Liputan6.com, Medan Debat publik Pilgub Sumut 2024 selesai. Usai debat terakhir pada Rabu, 13 November 2024, Edy Rahmayadi mengingatkan semua pihak untuk tidak cawe-cawe, karena dapat merusak demokrasi.
Hal itu disampaikan Edy Rahmayadi usai debat publik di Tiara Convention Hall, Kota Medan. "Cawe-cawe itu perusak demokrasi, tidak ada referensi demokrasi cawe-cawe. Sulit diartikan, karena itu bahasa Jawa, artinya dikonotasikan negatif dalam demokrasi," katanya.
Edy Rahmayadi juga sempat ditanya soal hasil debat, terutama saat isu Demokrasi, dan Kolusi Korupsi, Nepotisme (KKN). "Saya enggak pernah berlatih, dan apa yang saya ucapkan, itu yang saya lakukan," sebutnya.
Pada debat publik ketiga ini, Bobby Nasution sempat mengatakan Bank Sumut mengalami defisit, padahal Bank Sumut berhasil membukukan laba bersih Rp 740 miliar pada 2023, meningkat dari Rp 700,7 miliar pada 2022 dan Rp 613,5 miliar pada 2021.
Bahkan pada 2024, Bank Sumut berhasil meraih Top 5 BUMD Awards tahun 2024 yang digelar Majalah Top Business. Bobby Nasution juga sempat dicegah oleh moderator karena mencoba berbicara di saat sesi Cawagub Sumut yang seharusnya berbicara.
Momen canggung itu terjadi, lantaran Cawagub Sumut nomor urut 2, menanyakan perihal proyek lampu pocong di Kota Medan yang berkaitan dengan masalah perencanaan program pembangunan daerah.
Pandangan Pengamat
Pengamat politik UMSU, Shohibul Anshor Siregar mengatakan, agresifitas Bobby Nasution yang cenderung menyerang rivalnya dengan melontarkan sindiran atau kampanye negatif justru akan membuat masyarakat Sumut lebih bersimpati pada sosok Edy Rahmayadi.
"Menyadari dirinya sebagai ayah, Edy Rahmayadi lebih banyak menahan diri dan tidak bersedia melayani permainan yang ditawarkan oleh Bobby," katanya.
Pada 2 kali debat publik sebelumnya, lanjut Shohibul, Edy Rahmayadi secara konsisten fokus pada makna dan asas kampanye, yakni memberi pesan kepada publik atas visi, misi dan program kerja untuk 5 tahun ke depan.
"Narasi yang disampaikan Edy Rahmayadi cenderung fokus pada penyampaian visi misi dan track record (rekam jejak) yang sudah dilakukan selama menjadi Gubernur Sumut, dan bagaimana pentingnya program itu dilanjutkan untuk lima tahun ke depan," sebutnya.
Modal Rekam Jejak
Menurut dosen tetap UMSU itu, modal rekam jejak dan pengalaman itulah yang membuat Edy Rahmayadi dan Hasan Basri Sagala unggul telak pada debat ketiga ini.
"Modal jejak rekam yang lebih banyak serta pengalaman yang mumpuni di pemerintahan, membuat Edy Rahmayadi saya lihat unggul telak dibandingkan Bobby Nasution yang hanya punya pengalaman 3,5 tahun jadi Wali Kota," tutupnya.
Debat Publik Ketiga Pilgub Sumut 2024 mengusung tema 'Sinergitas Kebijakan Pembangunan Daerah dalam Rangka Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia'.
Subtema debat publik ketiga adalah penyerasian pembangunan daerah, isu optimalisasi sumber pendanaan pusat dan daerah, yaitu APBN, APBD, ADDes dan CSR.
Kemudian, pemerataan pembangunan yang berkeadilan dengan prioritas pembangunan sesuai dengan potensi daerah, penguatan potensi lokal. Penyediaan tenaga skill, profesional/ahli, sesuai kebutuhan daerah, literasi digital.
Selanjutnya, subtema NKRI dan kebangsaan, isu seputar ancaman disintegrasi bangsa, konflik SARA, KKN, primodialisme, radikalisme, ideologi, politik, sosial, budaya, hukum dan pertahanan keamanan.
Lalu penguatan iklim demokrasi, pendidikan, partisipasi politik, dan demokrasi, serat wacana pemekaran daerah dan perluasan daerah.
Ada 9 Panelis
Selain menetapkan tema, Komisioner KPU Sumut, Robby Effendi Hutagalung mengungkapkan, ada 9 panelis debat publik ketiga ini. Meraka yakni yaitu Dr. Sarintan E. Damanik, M.Si, Dr. Walid Mustafa Sembing, M.Si, Dr. Faisal Marawa, Dr. Affila, S.H.
Kemudian, M.Hum, Dr. Halomoan Lubis, M.Pd, Dr. Aminudin Marpaung, Frien Jones Tambun, S.H., M.H, Muhammad Yusuf dan Dr. Zulkarnain Nasution, M.A.