Liputan6.com, Jakarta - PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan produksi rata rata gross minyak dan gas dari Januari hingga September 2024 sebesar 7.918 barel minyak per hari dan 229 juta kaki kubik gas per hari. Nilai ini setara dengan 46.118 barel minyak ekuivalen per hari.
Investor Relation Energi Mega Persada, Herwin Wahyu Hidayat menjelaskan untuk produksi minyak harian, jumlah tersebut naik secara year on year (yoy). Pada 2023 dalam periode yang sama produksi minyak sebanyak 6.512 per ari.
"Untuk produksi gas secara year on year perseroan masih stabil di kisaran 230 hingga 240 kaki kubik gas per hari,” kata Herwin dalam Public Expose, Jumat (22/11/2024).
Secara kinerja, Herwin menuturkan perseroan mencatatkan penjualan sebesar USD 319,6 juta hingga kuartal III 2024. Nilai ini merupakan peningkatan sebesar 8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 sebesar USD 296,3 juta.
Peningkatan penjualan ini membuat laba bersih perseroan turut meningkat 12 persen secara year on year menjadi USD 51,2 juta hingga kuartal III 2024.
Herwin mengungkapkan kenaikan kinerja perseroan secara upline dan bottom line disebabkan oleh dua hal yaitu naiknya produksi minyak harian dan kenaikan harga jual rata-rata minyak dan gas.
"Harga rata-rata minyak naik 3 persen menjadi USD 83 per barel,” ujar Herwin
Herwin menambahkan kenaikan harga rata-rata minyak ini dirasakan oleh semua pelaku akibat meningkatnya harga minyak dunia. Adapun untuk off taker produk migas Energi Mega Persada didominasi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Pertamina dan PLN.
Laba Bersih ENRG Tumbuh, Dua Faktor Ini Jadi Pendorong
Sebelumnya, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan penjualan sebesar USD 319,6 juta hingga kuartal III 2024. Penjualan Perseroan tumbuh sebesar 8 persen dibandingkan periode sama pada 2023 sebesar USD 296,3 juta.
Investor Relation Energi Mega Persada, Herwin Wahyu Hidayat menuturkan penjualan meningkat membuat laba bersih perseroan turut naik 12 persen secara year on year menjadi USD 51,2 juta hingga kuartal III 2024.
Herwin menuturkan, kenaikan kinerja perseroan secara upline dan bottom line disebabkan oleh dua hal yaitu naiknya produksi harian minyak dan kenaikan harga jual rata-rata minyak dan gas.
"Produksi rata rata gross minyak dari Januari hingga September 2024 sebesar 7.918 barel minyak per hari, meningkat 22 persen secara year on year. Harga rata-rata minyak naik 3 persen menjadi USD 83 per barel,” kata Herwin dalam Public Expose, Jumat (22/11/2024).
Herwin menambahkan, kenaikan harga rata-rata minyak ini dirasakan oleh semua pelaku akibat meningkatnya harga minyak dunia. Adapun untuk off taker produk migas Energi Mega Persada didominasi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Pertamina dan PLN.
Akuisisi Aset
Dalam 5 tahun terakhir, perseroan juga gencar melakukan akuisisi aset minyak dan gas dan menambah kepemilikan pada aset-aset perusahaan yang sudah ada.
"Sepanjang 2024 kami mengakuisisi 90 persen kepemilikan di blok Siak dan 90 persen kepemilikan di blok Kampar. Kami juga mengakuisisi Floating Storage & Regasification Unit EDN 1. Kami mengakuisisi Floating Storage & Offloading Unit Gandini, dan mengakuisisi tambahan 51 persen kepemilikan di blok Sengkang,” jelas dia.
Meskipun begitu, Herwin mengungkapkan saat ini perseroan belum memiliki rencana investasi di kilang LNG atau LPG dan belum ada rencana melakukan right issue hubungan dengan rencana akuisisi yang akan datang.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 22 November 2024, harga saham ENRG naik 0,77 persen menjadi Rp 262 per saham. Harga saham ENRG dibuka naik dua poin ke posisi Rp 262 per saham. Harga saham ENRG berada di level tertinggi Rp 270 dan level terendah Rp 260 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.398 kali dengan volume perdagangan 1.082.823 saham. Nilai transaksi Rp 28,8 miliar.
Energi Mega Persada Tambah Kepemilikan Aset Gas Sengkang di Sulawesi Selatan
Sebelumnya, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menyampaikan bahwa anak usahanya, PT EMP Energi Jaya (EEJ) telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (PJB) dengan Energy World Corporation Ltd (EWC) dan Ventures Holdings Pty Ltd (VH).
PJB itu terkait dengan kepemilikan saham di Energy Equity Holdings Pty Ltd (EEH) dan Epic Sulawesi Gas Pty Ltd (ESG). EEH dan ESG memiliki 100% saham di Energy Equity Epic (Sengkang) Pty Ltd (EEES). EEES memiliki 51% partisipasi interes di KKS Sengkang.
Melalui anak usaha lainnya, PT Energi Maju Abadi (EMA) sudah memiliki 49% partisipasi interes di KKS Sengkang. Setelah penyelesaian transaksi jual beli tersebut yang diharapkan terjadi di tanggal 31 Oktober 2024, akuisisi atas EEH dan ESG oleh EEJ akan menyebabkan KKS Sengkang terkonsolidasi secara penuh ke dalam EMP.
”Dengan diselesaikannya transaksi pembelian ini, kami berharap untuk dapat melanjutkan aktivitas pemboran demi meningkatkan cadangan di KKS Sengkang dan memulai produksi gas dari lapangan Wasambo," kata PT Energi Mega Persada Tbk, Syailendra S. Bakrie dalam keterangan resmi, Senin (14/10/2024).
Saat ini, KKS Sengkang memiliki kontrak dengan PT PLN (Persero) dengan kapasitas produksi sekitar 50 juta kaki kubik gas per hari. Dalam hal ini PT PLN bertindak sebagai pembeli utama. Blok gas yang terletak di Sulawesi Selatan ini juga mengoperasikan sekitar 380 miliar kaki kubik gas cadangan gas terbukti dan terukur (cadangan 2P).
"Ke depan, EMP akan terus berupaya untuk dapat mengembangkan bisnisnya baik secara organik, maupun melalui akuisisi," pungkas Syailendra.