Liputan6.com, Bandung - Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat menyerang siapa saja dan dapat menyebabkan kematian yang tidak bisa diprediksi.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi merinci pada periode Januari-April 2023, jumlah kasus DBD sebesar 28.579 kasus. Sementara pada periode Januari April 2024, temuan DBD naik signifikan menjadi 88.593 kasus.
Menurut dr. Yani Dewi Suryani, Sp.A(K).,M.Kes dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Jawa Barat, Al Ihsan, angka kejadian DBD meningkat setiap bulannya sejak Januari hingga April 2024, dengan total kejadian sebanyak 626 kasus.
"Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan, hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti karena meningkatnya curah hujan," ujar Yani dicuplik dilaman RSUD Al Ihsan, Sabtu (2/11/2024).
Yani mengatakan terdapat lima tanda saat seseoranh terjangkit DBD, diantaranya adalah mendadak panas tinggi 2 sampai 7 hari, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, bintik-bintik merah pada kulit (tidakselalu), kadang terjadi mimisan serta nyeri di uluhati Bila sudah parah, penderita gelisah, tangan dan kaki dingin.
Yani menjelaskan tindakan yang harus dilakukan bila ada penderita demam berdarah yakni memberi minum sebanyak mungkin, kompres dengan air hangat, memberi obat turun panas, selanjutnya dibawa ke dokter atau pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) terdekat, bila diduga terserang demam berdarah segera kirim ke tumah sakit.
Simak Video Pilihan Ini:
Meningkatkan Imunitas dengan Akupuntur di Tengah Pandemi Covid-19
Pencegahan Demam Berdarah
Yani menyebutkan penyakit demam berdarah sebetulnya dapat dicegah. Caranya sangat mudah dan masih berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Menguras yakni merupakan kegiatan membersihkan atau menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya," terang Yani.
Selanjutnya yakni dengan cara menutup. Menutup rapat kegiatan tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum.
Selain itu memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), juga disarankan agar tidak berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
"Ditambah lagi dengan 9 pencegahan plus," ungkap Yani.
Pencegahan yang dimaksud adalah memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk serta memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
Gotong royong masyarakat membersihkan lingkungan sangat diperlukan dalam memberantas sarang nyamuk.
"Periksa tempat-tempat penampungan air. Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup," tutur Yani.
Memberikan larvasida 07 pada penampungan air yang susah dikuras menjadi langkah selanjutnya dalam pencegahan penyakit demam berdarah. Selain memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
Instruksi Pj Gubenur Jabar
Pemerintah Jawa Barat (Jabar) meminta seluruh jajaran forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) untuk menekan jumlah kejadian demam berdarah pada 2025 mendatang dengan melakukan pembersihan lokasi yang berpotensi sebagai sarang nyamuk.
Menurut Penjabat (Pj) Guburnur Jabar Bey Machmudin, berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada bulan November 2024 merupakan puncak musim hujan yang menimbulkan genangan air.
"Kami mempelajari demam berdarah kan biasanya itu trennya mulai Januari-Februari. Nah kami tadi minta ke Bu Kadinkes untuk memulai gerakan kebersihan. Ya dari semua mulai dari Forkopimda, ASN (aparatur sipil daerah), TNI, Polri, BUMN, BUMD juga sekolah massive jaga kebersihan untuk mengingatkan bahwa dengan kebersihan lah dapat menekan demam berdarah. Kan kita tinggi ya di tahun lalu," ujar Bey ditulis Bandung, Sabtu (2/11/2024).
Bey mengakui siklus penyakit demam berdarah ini dapat dipantau dengan mudah. Cara yang paling mendasar adalah menjaga kebersihan dengan memusnakan medium genangan air.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat 1 Januari-29 Oktober 2024, sebanyak 304 orang yang tinggal di Jawa Barat meninggal dunia akibat kasus demam berdarah dengue (DBD) dari jumlah total 53.342 kasus DBD.
Pada tahun 2023 lalu, kasus DBD di Jawa Barat mencapai 19.328 kasus sementara jumlah kematiannya 134 kasus. Jumlah peningkatan kasus di 2024 lebih dari dua kali lipat kasus tahun 2023 pada bulan yang sama di Januari hingga Juni hal ini akibat perubahan iklim El Nino menuju La Nina.