Liputan6.com, Bandung - Kawasan Bandung Utara (KBU) merupakan wilayah vital untuk resapan air. Namun, kawasan tersebut terus terancam alih fungsi lahan, terjadi penggundulan akibat beragam aktivitas pembangunan.
Krisis lahan di KBU bisa memicu bencana alam seperti longsor dan banjir di daerah perkotaan. Atas keresahan akan bencana dan itikad menjaga fungsi KBU sebagai wilayah tangkapan air, puluhan orang pun melakukan gerakan penanaman bibit pohon pada Sabtu lalu, 19 Oktober 2024.
Ada sekitar 1.000 bibit pohon berbuah yang ditanam di lahan gundul Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Gerakan itu bertajuk "Agroforestry untuk Bandung Utara".
Bibit yang ditanam antara lain ialah pohon durian, sirsak, mangga, alpukat, nangka, jeruk, dan cengkeh.
Kegiatan ini merupakan kerjasama Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Yayasan Pundi Amal dan Peduli Kasih (YPP) SCTV-Indosiar, Yayasan Odesa, serta masyarakat dan petani setempat.
"Ini dalam rangka mendukung kegiatan pemerintah yakni eco-green. harapannya bisa mencegah bencana seperti menghindari banjir," kata Ketua ATVSI, Imam Sudjarwo.
Merujuk data Lembaga riset Walungan, luas wilayah KBU tercatat sekitar 38.543,33 Ha. Merupakan wilayah resapan air yang dilindungi dan dibatasi pembangunannya, 80% (30.800Ha) dari total KBU diperuntukkan sebagai lahan terbuka hijau.
Wilayah KBU merupakan wilayah terbesar pensuplai air tanah bagi wilayah Cekungan Bandung atau Bandung Raya.
Sejak 2016 lalu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerbitkan aturan khusus dalam rangka perlindungan KBU yakni tertuang pada Perda Jawa Barat Nomor 2/2016 tentang Pedoman Pengendalian Kawasan Bandung Utara sebagai Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat.
Dalam Perda tersebut, Kawasan Bandung Utara dinyatakan memiliki fungsi dan peranan penting dalam menjamin keberlanjutan kehidupan dan keseimbangan lingkungan hidup di Cekungan Bandung.
Pembuatan aturan itu antara lain didasari kesadaran bahwa pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung Utara yang tidak terkendali diyakini akan mengancam keberlangsungan fungsi konservasi kawasan sebagai daerah tangkapan air dan menimbulkan berbagai bencana alam.
Meski aturan telah diterbitkan, kelestarian kawasan 'sabuk hijau' Bandung Utara itu masih juga terancam.
"Ada 1.000 pohon berbagai macam pohon berbuah. Disamping itu kita membagikan sembako kepada masyarakat yang memerlukan, juga membagikan alat tulis untuk anak sekolah di sini," kata Imam Sudjarwo.
Merawat Bukit yang Sakit
Penanaman seribu bibit pohon berbuah pada akhir pekan lalu dilakukan di perbukitan gundul milik perseorangan yang dijadikan lahan pertanian sayur.
Perwakilan Yayasan Odesa, Enton Supriatna mengatakan, pihaknya bukan berniat menghentikan pertanian sayur yang menjadi mata pencaharian petani setempat, tapi menjadikan lahan pertanian itu tetap memiliki fungsi resapan air.
Oleh karenanya, pemilihan bibit pohon berbuah menjadi alternatif pelestarian ekologis. Selain karena akarnya yang kuat itu mampu mengikat air, tapi buahnya kelak bisa dimanfaatkan pula oleh para petani.
"Kita ingin menjaga lingkungan, antara lain dengan semampu kita menghijaukan lahan-lahan kritis dengan penanaman bibit pohon,"katanya.
"Yang paling mungkin adalah bagaimana caranya pertanian sayur jalan, tapi kita juga ingin mengusulkan bahwa di lahan pertanian sayur ditanam pohon keras, agar pohon keras yang berakar kuat ini bisa mengikat tanah. Selain itu, fungsi pohon keras juga menyimpan persediaan air," imbuh Enton.
Dalam enam tahun terakhir ini,aku Enton, Yayasan Odesa Indonesia sudah menanam bibit pohon di Kawasan Bandung Utara sekitar 800 ribu bibit, tidak hanya di perbukitan tapi juga di halaman-halaman rumah warga.
"Jadi tujuannya, gimana caranya kita bisa merawat bukit yang gundul ini, yang sedang sakit ini," katanya.