Keren, Pemuda Lampung Ini Berhasil Harumkan Nama Indonesia di World Champion Beatbox

3 days ago 7

Liputan6.com, Lampung - Di sebuah sudut Kota Bandar Lampung, tepatnya di Kelurahan Kupang Raya, Teluk Betung Utara, seorang pemuda bernama S.A. Rafly Fuzi Maulana, atau yang akrab disapa Hookha, tengah sibuk melatih keterampilan beatbox-nya.  Meski usianya baru 25 tahun, prestasinya di dunia beatbox telah melampaui batas-batas lokal hingga ke kancah Asia dan dunia. Namun, perjalanan panjangnya ini penuh liku-liku, terutama akibat minimnya dukungan dari pemerintah daerah.

Hookha mulai mengenal beatbox pada tahun 2011. Ia kerap mengikuti berbagai kompetisi lokal di Lampung. “Dari 2011 sampai 2016, saya selalu juara satu di tingkat Provinsi Lampung,” kenangnya saat ditemui Liputan6.com, Kamis (26/12/2024).

Keberhasilannya di tingkat provinsi menjadi pijakan untuk berlaga di ajang nasional. Pada 2016, ia mengikuti Beatel Bandung Beatbox dan berhasil masuk dua besar. Namun, karena masih duduk di bangku kelas 2 SMA, ia belum mendapatkan izin dari orang tua untuk melangkah lebih jauh.

Melangkah ke Asia

Tahun 2017 menjadi momen besar bagi Hookha. Ia mengikuti ajang Asia Beatbox Championship melalui seleksi wildcard, di mana hanya delapan orang terpilih dari ribuan peserta. Hookha menjadi salah satu dari delapan nama tersebut. Namun, tantangan terbesar justru muncul saat ia harus mencari dana untuk berangkat ke Taiwan. “Saya langsung bikin proposal ke Pemprov Lampung, DPRD Lampung, dan Pemkot Bandar Lampung. Tapi sampai H-1 minggu sebelum keberangkatan, saya enggak dapat jawaban,” ujar Hookha.

Ia akhirnya menggunakan uang pribadinya untuk membiayai perjalanan. Meskipun demikian, ia berhasil masuk semifinal ajang bergengsi tersebut.

Penuh Perjuangan

Tahun berikutnya, Hookha kembali lolos ke ajang yang sama. Ia menyusun proposal lagi dan mengajukannya ke pemerintah daerah. Namun, hasilnya tetap nihil. “Lagi-lagi saya pakai uang pribadi untuk berangkat ke Taiwan. Tahun 2018, saya masuk empat besar, membawa nama Indonesia di Asian Beatbox,” katanya.

Tahun 2019 menjadi titik balik bagi Hookha. Ia lolos ke babak berikutnya dan kembali mencoba mengajukan proposal. Namun, upaya tersebut justru menguras waktu dan tenaga, sehingga ia tidak dapat berlatih secara optimal. Akibatnya, ia tidak mampu berangkat ke Taiwan karena terkendala biaya.

Prestasi Internasional

Meski sering menghadapi kendala dana, Hookha terus menorehkan prestasi. Ia menjadi juara berturut-turut di ajang Indonesia Beatel Beatbox dari 2017 hingga 2019, serta menempati posisi delapan besar dunia dalam ajang online World Champion Beatbox tahun 2021.

Bahkan, pada 2023, ia lolos ke ajang World Beatbox Championship di Jerman, namun kembali gagal berangkat karena keterbatasan biaya. “Saya sudah tidak mengajukan proposal ke pemerintah di tahun itu karena alasan yang sama. Tidak ada jawaban,” ujar Hookha, getir.

Harapan untuk Pemerintah

Meski merasa kecewa, Hookha tetap berharap pemerintah daerah dan pusat memberikan perhatian lebih kepada seniman seperti dirinya. “Selama ini saya belum pernah mendapatkan keuntungan dari pemerintah, baik jangka pendek maupun panjang. Saya membawa nama Lampung dan Indonesia, tapi saya merasa tidak diperhatikan,” ungkapnya.

Hookha adalah potret semangat anak muda Indonesia yang berjuang tanpa pamrih demi mengharumkan nama bangsa. Sayangnya, perjuangan besar ini seolah luput dari perhatian pemerintah daerah. Baginya, dukungan bukan hanya tentang dana, melainkan juga apresiasi atas dedikasi yang telah ia tunjukkan.

Di tengah segala keterbatasannya, Hookha tetap berdiri tegak, melodi beatbox-nya menjadi bukti bahwa mimpi besar bisa diraih meski tanpa bantuan dari pihak yang seharusnya mendukung.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |