Mega Ekspedisi Loser-Leuser 2024, Rekonstruksi Spirit Heroisme dan Patriotisme

3 days ago 10

Liputan6.com, Medan - Keindahan panorama dan hamparan hutan tropis Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Aceh yang masih asri menjadi daya tarik hingga menyejukkan hati dan memuaskan mata.

Melakukan pendakian puncak-puncak gunung yang berada di TNGL adalah dambaan para pendaki. Tak hanya itu, variasi topografi medan dari yang landai sampai curam, dengan vegetasi beragam memacu adrenalin untuk menuntaskan perjalanan meski lelah dan linu sesekali menggoda jeda.

Langkah demi langkah semakin berat ketika pendakian panjang dan padang sabana luas serasa tak kunjung usai ditelusuri. Degup jantung pun berdetak kencang ditingkahi nafas tersengal memburu dan keringat mengucur membilas rambut, padahal udara terasa dingin dan hujan rintik-rintik menitiki ubun-ubun.

Pengalaman personal yang tak terlupakan itu disampaikan lewat pesan WhatsApp dari Alvaro Lumban Tobing. Pria 22 ini merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi-Bisnis USU, dan merupakan 1 dari 34 anggota pendakian Mega Ekspedisi Loser-Leuser 2024.

"Puncak Loser 3.404 mdpl kami capai Jumat, 28 Desember 2024, pukul 09.28 WIB pagi," kata Alvaro, sebagaimana pesan WhatsApp diperoleh Liputan6.com, yang sempat menanyai tentang Ekspedisi Mega Loser-Leuser 2024, Senin (30/12/2024).

Saat itu, sebutnya, udara cerah, namun cuma sesaat, karena kabut tebal turun cepat. Samudra Hindia yang berada di bagian barat hanya terlihat sekelebat. Mereka meneruskan perjalanan menuruni sisi lain dari Gunung Loser untuk mendaki puncak Gunung Leuser.

Diungkapkannya juga, dari Loser ke Leuser hujan turun terus menerus. 5 orang pendaki mengurungkan niatnya untuk mencapai Leuser, padahal Leuser adalah gunung terakhir yang akan didaki.

"Kami sampai di puncak Gunung Leuser 3.145 mdpl pada pukul 13.07 WIB. Udara berkabut tebal, tangan terasa menyentuh mega yang lembut dan dingin. Puji Tuhan, ini sensasi yang luar biasa," pesan WhatsApp dari Alvaro beruntun.

Berjalan Lancar

Ketua Shelter Garut, Adul, yang mengorganisir Mega Ekspedisi Loser-Leuser 2024, melalu pesan WhatsApp, juga menyampaikan, pendakian menuju Puncak Loser dan Leuser berjalan lancar seperti yang direncanakan.

Secara keseluruhan, 34 orang pendaki dari berbagai daerah di Indonesia serta 4 orang dari Malaysia dalam keadaan bugar dan semangat.

"Alhamdulillah, kami semua, termasuk 8 pendaki wanita dan seorang pendaki yang memakai kruk penyangga kaki berhasil mencapai puncak Gunung Loser, yang ditandai adanya pilar triangulasi terbuat dari beton setinggi sekitar 1,5 meter," ucapnya.

Disebutkan Adul, selama pendakian ke puncak, pembagian kerja berjalan sangat baik, dan kebutuhan konsumsi mencukupi. Air untuk memasak senantiasa ada dalam kubangan-kubangan kecil di sekitar tempat berkemah.

"Mohon doa, semoga perjalanan turun juga berjalan lancar," tulis Adul melalui pesan singkat WhatsApp sembari melampirkan foto-foto pendakian.

Cerita Para Pendaki Berpengalaman

Terkait Ekspedisi Mega Ekspedisi Loser-Leuser 2024 ini, Zahedi, Dosen Matematika FMIPA-USU yang juga pernah melakukan pendakian ke Leuser hampir 40 tahun lalu, pernah membantu menemukan 5 orang mahasiswa pendaki yang kehabisan bekal di Gunung Kemili Aceh di tahun 1989, serta berpengalaman mengevakuasi 2 jenazah dari lintasan pendakian Leuser pada tahun 1997.

Menurutnya, pendakian gunung-gunung di TNGL Aceh memang membutuhkan waktu yang relatif lama dibanding gunung-gunung lain di Indonesia. Di peta topografi dua dimensi, panjang lintasan mendatar untuk sampai ke puncak gunung Leuser saja lebih dari 40 Kilometer.

Di medan pendakian sesungguhnya, jaraknya bisa 3 sampai 4 kali lipat. Dengan variasi medan bergelombang, maka fisik yang prima, kekompakan tim dan kehatian-hatian agar tidak celaka harus diprioritaskan.

"Sungguh sangat sulit melakukan pencarian apabila tersesat atau mengevakuasi korban bila terjadi kecelakaan. Itu pernah terjadi," bebernya.

Zahedi yang juga pendiri SANGKALA Medan ini mengingatkan, pada beberapa kasus pendaki kehabisan bekal namun masih hidup, telah dilakukan operasi SAR berskala nasional dengan melibatkan sarana helikopter dan personel yang banyak.

"Sangat merepotkan banyak pihak. Apalagi jika operasi SAR hanya melalui jalur darat dan korban diketahui sudah meninggal dunia. Boleh jadi pertimbangan utama adalah mengubur jenazah di tempat atau, ya tergantung keputusan," ucapnya.

Tim Pendakian Paling Banyak

Rajidt Malley, yang juga pendiri SANGKALA Medan, yang pernah merintis pendakian pada hampir 40 tahun lalu, yang dimintai komentarnya mengatakan, Tim Ekspedisi Besar ke puncak Loser dan Leuser ini adalah tim pendakian dengan jumlah peserta paling banyak.

"Sepanjang yang saya ketahui, sejak 1980 sampai kini, tim pendakian yang efektif itu terdiri dari tujuh sampai 10 orang. Jumlah anggota tim pendaki itu untuk mengantisipasi ragam kesulitan, tantangan medan, dan ancaman kecelakaan yang bisa saja terjadi dalam suatu pendakian panjang. Untuk pendakian yang bermuatan nuansa rekreatif, jika waktunya lama biasanya paling banyak pun hanya berjumlah 15 orang," terangnya.

Lebih jauh Rajidt menguraikan, "Semestinya, ekspedisi besar ini dapat pula mengingatkan banyak pihak pada rangkaian ekpedisi maut oleh penjajah kolonial Belanda di tahun 1904 hingga 1934. Penjajah kolonial Belanda saat itu yang dikomandani Letkol Van Daalen berupaya memenangkan perang dengan Aceh yang tak kunjung diperolehnya. Dengan ratusan tentara marsose KNIL, ekspedisi maut itu menewaskan belasan ribu rakyat Gayo-Lues guna menangkap Cut Nyak Dhien."

"Pada tahun 1933-1934, ekspedisi maut itu juga menyelipkan penelitian biologi dan geomorfologi yang dipimpin oleh Van Beek hingga sampai ke puncak Loser. Ekspedisi maut pada 120 tahun yang silam itu terdokumentasikan dalam beberapa laporan-laporan penelitian ilmiah," sambungnya.

Rajidt menambahkan, "Ekspedisi besar ke Loser-Leuser kali ini dapat pula merekonstruksi spirit heroisme dan patriotisme para pejuang kemerdekaan Indonesia untuk diinternalisasi atau dihayati oleh generasi masa kini."

"Negara ini sudah diperjuangkan sungguh-sungguh dengan pengorbanan luar biasa banyak berupa harta, darah dan nyawapara pejuang dan rakyat Indonesia dari berbagai daerah, karena itu harus dicegah dan dipertahankan pula keutuhannya dari berbagai potensi gangguan dalam bentuk apa pun yang dapat merusaknya saat ini – baik gangguan dari dalam berupa pertikaian antargolongan, antarpartai, antarsuku, antaragama mau pun gangguan dari luar berupa aneksasi wilayah dan perbatasan, bahkan jebakan hutang, impor barang dan kemungkinan perang a-simetris," tandasnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |