Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah berada dalam tren turun, setelah sebelumnya sempat diperkirakan bakal mendekati level 8.000. Pada perdagangan hari ini, Jumat 29 november 2024, IHSG turun 1,19 persen ke posisi 7.114,266. Meski begitu, IHSG akhir tahun diperkirakan menembus 7.300, dengan skenario terbaiknya di 7.400.
"IHSG di akhir tahun masih ada peluang ke 7.300. Paling optimis itu di 7.400. Jadi rangenya 7.300 sampai 7.400," kata Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati kepada wartawan, dikutip Sabtu (30/11/2024).
Menurut perhitungan Ike, IHSG tahun depan masih bisa bangkit ke 7.800. Sehingga koreksi IHSG saat ini diperkirakan hanya sementara, seiring pergantian pemerintahan di dalam negeri dan di Amerika Serikat (AS).
"Jadi memang masih banyak ketidak-stabilan jangka pendek," imbuh Ike.
Sektor Berpotensi Cuan
Beberapa sektor yang bisa dimanfaatkan di akhir tahun ini terutama perbankan, seiring kebijakan pelonggaran suku bunga. Menurut Ike, saham bank saat ini relatif murah sementara fundamentalnya masih tumbuh positif.
"Aku lihat disini harga sahamnya sudah turun. Bisa jadikan kesempatan. Cari saham yang murah. Jadi justru bisa dijadikan kesempatan untuk saham BBRI, BMRI pas harganya murah-murahnya," kata Ike.
Sebelumnya, dalam kesempatan lain Ike memperkirakan IHSG bahkan bisa tembus 8.200. Secara garis besar, Ike mencermati ada tiga sentimen yang mempengaruhi gerak IHSG ke depan.
Pertama, situasi makro ekonomi. Kedua, perkembangan komoditas atau industri. Dan ketiga yang paling sulit ditebak, adalah stabilitas politik.
"Peluang indeks saham menuju 8.000 ada. Bahkan kalau the best scenario stabilitas politik luar negeri mendukung, tidak menutup kemungkinan IHSG bisa menuju 8.200 di awal 2025," kata Ike dalam Monthly Market Outlook September lalu.
IHSG Ditutup Melemah ke 7.114, Saham ADRO Jadi Beban
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada Jumat sore ini. Pelemahan dipimpin oleh saham-saham sektor energi. IHSG ditutup melemah 85,89 poin atau 1,19 persen ke posisi 7.114,27. Sementara indeks LQ45 turun 16,69 poin atau 1,91 persen ke posisi 856,78.
“Dari sisi eksternal, bursa saham regional Asia cenderung melemah. Pasar tampaknya fokus mencerna rilis data ekonomi dari Jepang dan Korea Selatan," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya dikutip dari Antara, Jumat (29/11/2024).
Pasar bereaksi terhadap data yang menunjukkan bahwa inflasi Jepang meningkat di atas 2 persen pada November, memicu spekulasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga pada bulan depan.
Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 60 persen untuk kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, naik dari sekitar 50 persen seminggu sebelumnya.
Sebelumnya, Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, telah mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, kemungkinan paling cepat bulan depan, dengan alasan kekhawatiran terhadap pelemahan yen yang terus berlangsung.
Selain itu, data terbaru menunjukkan adanya tanda-tanda perlambatan aktivitas ekonomi, terlihat dari angka produksi industri, penjualan eceran, dan ketenagakerjaan.
Dari Korea Selatan, penjualan ritel pada Oktober 2024 turun sebesar 0,4 persen secara bulanan, sedikit membaik dibandingkan penurunan yang direvisi menjadi 0,5 persen pada September.