Ramah Lingkungan, Apa Saja Tantangan Mobil Hidrogen?

2 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Apa itu mobil hidrogen? Sederhananya, mobil hidrogen adalah kendaraan yang menggunakan gas hidrogen sebagai sumber tenaga utamanya.

Berbeda dengan mobil bensin atau mobil listrik, mobil hidrogen menghasilkan energi listrik melalui reaksi elektrokimia di dalam sel bahan bakar (fuel cell). Reaksi antara hidrogen dan oksigen menghasilkan listrik, air (H2O), dan panas.

Listrik ini kemudian menggerakkan motor listrik dan roda kendaraan. Inilah yang menjadikan mobil hidrogen ramah lingkungan karena hanya menghasilkan uap air sebagai produk sampingan, tanpa emisi karbon.

Pertanyaannya, mengapa teknologi ini belum begitu populer dan apa saja tantangan yang dihadapi?

Mobil hidrogen menawarkan solusi transportasi yang lebih bersih dibandingkan kendaraan konvensional. Namun, pengembangannya masih menghadapi beberapa kendala.

Salah satu kendala utama adalah ketersediaan infrastruktur pengisian bahan bakar hidrogen yang masih sangat terbatas di Indonesia dan banyak negara lainnya. Selain itu, biaya produksi mobil hidrogen masih relatif tinggi dibandingkan dengan mobil bensin atau mobil listrik.

Meskipun demikian, pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terus berupaya mengembangkan teknologi dan infrastruktur pendukung mobil hidrogen.

Harapannya, di masa depan, mobil hidrogen dapat menjadi pilihan transportasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Namun, perlu strategi yang komprehensif untuk mengatasi tantangan ekonomi dan infrastruktur yang ada.

Mengenal Lebih Dekat Teknologi Mobil Hidrogen

Cara kerja mobil hidrogen bergantung pada sel bahan bakar (fuel cell). Di dalam sel ini, hidrogen bereaksi dengan oksigen dari udara melalui proses elektrokimia. Reaksi ini menghasilkan listrik, air, dan panas.

Listrik yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menggerakkan motor listrik kendaraan. Proses ini sangat efisien dan menghasilkan emisi yang sangat rendah, hanya berupa uap air.

Ada dua jenis utama kendaraan hidrogen: kendaraan dengan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) dan kendaraan dengan sel bahan bakar (Fuel Cell Electric Vehicle - FCEV).

Kendaraan FCEV lebih umum dan efisien karena konversi energi lebih optimal. Kendaraan dengan mesin pembakaran dalam, meskipun menggunakan hidrogen, masih kurang efisien dan ramah lingkungan dibandingkan FCEV.

Keunggulan utama mobil hidrogen adalah emisi yang rendah, jarak tempuh yang jauh, dan pengisian bahan bakar yang cepat.

Namun, teknologi ini masih menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam hal infrastruktur dan biaya produksi. Proses produksi hidrogen juga perlu diperhatikan agar tidak menghasilkan emisi karbon yang tinggi.

Kelebihan dan Kekurangan Mobil Hidrogen

Kelebihan:

  • Ramah lingkungan: Emisi rendah, hanya menghasilkan uap air.
  • Jarak tempuh jauh: Kapasitas penyimpanan hidrogen memungkinkan jarak tempuh yang lebih panjang.
  • Pengisian bahan bakar cepat: Proses pengisian bahan bakar relatif cepat, mirip dengan mobil bensin.
  • Efisiensi tinggi (khususnya FCEV): Konversi energi lebih efisien.

Kekurangan:

  • Infrastruktur terbatas: Stasiun pengisian hidrogen masih sangat terbatas.
  • Biaya produksi tinggi: Biaya produksi mobil hidrogen masih relatif mahal.
  • Penyimpanan dan transportasi hidrogen: Hidrogen mudah terbakar dan membutuhkan teknologi khusus untuk penyimpanan dan transportasi yang aman.
  • Produksi hidrogen: Proses produksi hidrogen dapat menghasilkan emisi karbon jika tidak menggunakan energi terbarukan.

Deputi 1 Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), Hary Devianto menjelaskan, "Proses hidrogen pada kendaraan terjadi di dalam fuel cell, di mana ada hidrogen (H2) yang lantas bereaksi dengan oksigen (O2) dari udara melalui proses elektrokimia yang menghasilkan listrik, air (H2O), dan panas."

Dirinya juga menekankan pentingnya penggunaan energi terbarukan dalam proses produksi hidrogen untuk meminimalisir dampak lingkungan.

Kesimpulannya, mobil hidrogen menawarkan potensi besar sebagai solusi transportasi berkelanjutan.

Namun, pengembangan teknologi, infrastruktur, dan kebijakan yang tepat sangat diperlukan untuk mengatasi kendala yang ada dan mendorong adopsi massal kendaraan ini.

Tantangan utama saat ini adalah keterbatasan infrastruktur pengisian bahan bakar dan biaya produksi yang tinggi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |