Mengenal Ragam Tradisi di Klungkung Bali

1 month ago 27

Liputan6.com, Bali - Kabupaten Klungkung merupakan salah satu daerah yang terletak di Bali. Daerah ini memiliki segudang tradisi unik yang masih dilestarikan hingga sekarang.

Keberadaan ragam tradisi di Klungkung menjadi bukti kayanya budaya Bali yang mampu menjadi daya tarik wisatawan. Mengutip dari eventdaerah.kemenparekraf.go.id, berikut ragam tradisi di Klungkung, Bali:

1. Dewa Mesraman

Tradisi dewa mesraman digelar dua kali dalam setahun, yaitu setiap Hari Raya Kuningan. Tradisi ritual ini datang dari para pendatang Desa Timbrah Karangasem. Tradisi yang diselenggarakan di Pura Panti Timbrah ini biasanya berlangsung selama satu jam. 

Nama tradisi ini berasal dari kata mesra yang berarti bersenang-senang, bermesraan, dan bersenda gurau. Sesuai namanya, tujuan tradisi ini adalah sebagai wujud bakti pada leluhur yang dipuja di Pura Panti Timbrah.

Puncak dari ritual ini berupa perarakan enam jempana yang dikelilingi oleh penari. Terdapat satu jempana lainnya yang menjadi simbol Ida Batara Lingsir yang paling dituakan. Jempana tersebut tidak ikut diarak dengan enam jempana lainnya.

Adapun enam jempana diarak seolah sedang terjadi perang. Mereka saling mengejar satu sama lain, sehingga menimbulkan suasana seru dan menegangkan.

Usai prosesi tersebut, jempana-jempana tersebut diarak mengelilingi pura searah jarum jam, kemudian distanakan di Bale Pengaruman Agung. Adapun untuk jempana Ida Batara Lingsir distanakan terpisah di Bale Pajenengan.

2. Mecaru Mejaga-jaga

Mecaru mejaga-jaga merupakan tradisi unik yang dilaksanakan di Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa, Kelurahan Semarapura Kaja. Tradisi unik ini digelar setiap Agustus pada tilem sasih karo.

Tujuannya untuk meminta kesuburan lahan pertanian dan menepis hal-hal negatif. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini memerlukan sarana utama berupa seekor sapi cula pilihan yang dipilih oleh keturunan Pemangku Prajapati, Pemengku Catus Pata, serta Pemangku Dalem.

Sapi ini akan melalui berbagai prosesi, mulai dari perarakan, penyembelihan, hingga pengolahan. Saat proses tersebut, darah sapi berceceran.

Masyarakat setempat meyakini bahwa ceceran darah tersebut menjadi darah kurban untuk menjaga Desa Besang Kawan Tohjiwa. Selain itu, darah tersebut juga dipercaya dapat menyembuhkab segala penyakit. 

Megibung

3. Megibung

Megibung adalah tradisi makan bersama di Kabupaten Klungkung yang masih dilestarikan hingga sekarang. Nama tradisi ini berasal dari kata gibung yang dalam bahasa Bali berarti berbagi satu sama lain.

Dalam pelaksanaannya, masyarakat akan duduk bersama-sama dan menyantap aneka lauk dalam satu wadah. Tradisi ini menonjolkan suasana kekeluargaan dan solidaritas antarwarga setempat.

Adapun makanan yang dihidangkan pun bervariasi, mulai dari olahan daging babi, ayam, kambing, hingga sapi. Masyarakat Hindu maupun Islam di Bali juga turut melaksanakan tradisi ini pada upacara atau perayaan tertentu yang sedang mereka laksanakan. 

4. Nyaagang

Tradisi nyaagang merupakan salah satu tradisi warga Klungkung yang dilaksanakan saat Hari Raya Kuningan. Tradisi berbentuk ritual ini merupakan bentuk penghormatan yang diyakini akan mengantar roh leluhur kembali ke nirwana.

Sarana yang digunakan dalam tradisi ini adalah sesajen dari jajanan matang dan mentah. Sesajen tersebut menjadi wujud perpisahan roh leluhur dengan kerabatnya yang masih ada di alam fana.

Masyarakat setempat percaya, para roh datang saat Hari Raya Galungan dan mengunjungi keluarganya selama 16 hari. Selanjutnya, mereka akan berpisah untuk melanjutkan kehidupan mereka di alamnya masing-masing saat Hari Raya Kuningan.

5. Tarian Baris Jangkang 

Salah satu tradisi sakral di Klungkung adalah tarian baris jangkang. Tarian yang berada di Dusun Pelilit, Desa Pejukutan, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, ini didasarkan pada cerita turun menurun.

Diperkirakan, tarian ini sudah ada sejak tujuh abad lalu. Tarian ini biasanya ditarikan pada masa Kerajaan Klungkung. 

Meski memiliki gerakan sederhana, tetapi setiap gerakan tarian ini memiliki makna filosofis masyarakat Bali tentang pelemahan, yakni hubungan manusia dan alam. Saat ini, tarian ini dipentaskan pada upacara keagamaan dan saat ada wabah penyakit.

Penulis: Resla

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |