Liputan6.com, Jakarta - Toyota Mirai yang merupakan mobil berbahan bakar hidrogen tetap menghasilkan pembuangan. Namun, berbeda dengan model konvensional atau yang menggunakan bensin ataupun solar, mobil hidrogen ini juga menghasilkan pembuangan berupa air.
Jika diperhatikan, air ini tidak berwarna keruh, atau gelap tapi jernih layaknya sebuah air mineral yang layak minum. Lalu, amankah untuk bisa dikonsumsi oleh manusia?
Dijelaskan Deputy Education dari Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), Hary Devianto, air yang dihasilkan dari sisa pembakaran mobil hidrogen bisa diminum. Namun, memang tak disarankan untuk dikonsumsi terlalu sering atau rutin.
"Kalau diminum, aman. Tapi, jangan terus menerus. Karena itu air murni, kalau dianalogikan seperti air yang didistilasi terus menerus, jadi pengotor-pengotornya hilang semua," jelas Hary, saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
"Konsekuensinya gimana? Ke bawah, keluar. Itu kayak prinsip kalau kita punya air garam, sebelahnya ada air bersih. Nanti garamnya pindahkan ke air bersih tadi. Si ion-ionnya pindah," tegasnya.
Lanjut Hary, dengan meminum air sisa hasil pembuangan hidrogen ini, maka akan cepat dehidrasi karena sejatinya organ membutuhkan ion, dan hal itu tidak ada di air sisa pembakaran hidrogen tersebut.
"Jangan nanti mentang-mentang punya mobil hidrogen, airnya ditampung, kemudian di rumah diminum terus menerus, itu membahayakan. Tapi kalau emergency, oke saja," tukasnya.
Mengenal Cara Kerja Mobil Hidrogen yang Siap Dikembangkan di Indonesia
Pemerintah terus menggenjot penggunaan energi baru dan terbarukan untuk bisa dimanfaatkan lebih masif di Indonesia. Salah satunya, adalah hidrogen, yang direncanakan untuk bisa digunakan di sektor transportasi, baik untuk mobil pribadi atau kendaraan komersial.
Mobil hidrogen sendiri, adalah kendaraan menggunakan gas hidrogen sebagai sumber tenaga utamanya. Berbeda dengan mobil bensin atau mobil listrik konvensional, mobil hidrogen menghasilkan energi listrik melalui reaksi elektrokimia di dalam sel bahan bakar (fuel cell).
Reaksi antara hidrogen dan oksigen menghasilkan listrik, air (H₂O), dan panas. Listrik inilah yang kemudian menggerakkan motor listrik dan roda kendaraan. Inilah yang menjadikan mobil hidrogen ramah lingkungan karena hanya menghasilkan uap air sebagai produk sampingan, tanpa emisi karbon.
Dijelaskan Deputi 1 Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE) Hary Devianto, hidrogen atau fuel cell adalah alat konversi elektrokimia yang mengubah hidrogen yang bereaksi dengan oksigen menjadi air melalui proses elektrolisis.
"Proses hidrogen pada kendaraan terjadi di dalam fuel cell, di mana ada hidrogen (H2) yang lantas bereaksi dengan oksigen (O2) dari udara melalui proses elektrokimia yang menghasilkan listrik, air (H2O), dan panas," jelas Hary.
Sementara itu, jika melihat cara kerjanya, dalam proses pemanfaatan hidrogen, akan muncul reaksi dari hidrogen dan oksigen, sehingga menghasilkan air.