Liputan6.com, Jakarta - PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), jaringan rumah sakit swasta di Indonesia, mengumumkan kinerja keuangan dan operasional untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada September 2024.
Perseroan telah menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dalam perolehan pendapatan dan volume operasional, yang mencerminkan keberhasilan pelaksanaan strategi dan optimalisasi jaringan rumah sakit yang berkelanjutan.
Selama periode 9 bulan 2024, pendapatan Bersih Siloam tumbuh 10,8 persen YoY menjadi Rp 7,06 triliun, dengan momentum kinerja yang didorong oleh peningkatan volume rawat inap dan rawat jalan, serta peningkatan efisiensi operasional di seluruh jaringan rumah sakit.
Pertumbuhan pendapatan ini mencerminkan strategi ekspansi Siloam yang efektif dalam menyesuaikan antara kebutuhan pasien dan keahlian medis.
Kerangka kerja Perseroan menekankan pada optimalisasi sumber daya dan manajemen biaya, yang menghasilkan pertumbuhan Underlying EBITDA sebesar 8,2 persen YoY menjadi Rp 2,11 triliun, sementara Underlying Net Profit meningkat 10,6 persen YoY menjadi Rp 977,8 miliar.
Pencapaian finansial ini menggambarkan pendekatan Perseroan yang disiplin terhadap pertumbuhan, diimbangi dengan komitmen untuk menyediakan layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas tinggi di seluruh Indonesia.
Presiden Direktur Siloam, Benny Haryanto, mengatakan Siloam terus menunjukkan pertumbuhan dan resiliensi yang kuat sepanjang 2024. Kinerja Perseroan yang berkelanjutan menunjukkan keberhasilan eksekusi strategi yang telah dilakukan.
"Kami tetap berdedikasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pasien sekaligus mengoptimalkan operasional rumah sakit untuk memastikan keberlanjutan finansial. Manajemen akan mempertahankan fokusnya pada keunggulan operasional seiring dengan ekspansi layanan dan program medis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang,” kata Benny dalam keterangan resmi, dikutip Senin (11/11/2024).
Pertumbuhan Volume dan Okupansi
SILO juga mencatat pertumbuhan volume pasien dengan jumlah pasien rawat inap meningkat 9,8 persen menjadi 244.976 pasien, sementara hari rawat inap meningkat 9 persen menjadi 759.695 hari.
Melalui perkembangan program medis yang berkelanjutan, Siloam berhasil mempertahankan tingkat okupansi sebesar 68 persen, meningkat 3 persen dari tahun sebelumnya, dengan jumlah tempat tidur operasional mencapai 4.097 tempat tidur.
Perseroan tetap fokus untuk mengoptimalkan jangkauan dan kompleksitas layanan medis yang ditawarkan, terutama pada program Kardiologi, Onkologi, Neurologi, Gastroenterologi, dan Ortopedi (CONGO).
Pangkas Utang, LPKR Jual 18,57% Saham Siloam
Sebelumnya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) telah berpartisipasi dalam penawaran tender sukarela atas saham PT Siloam Hospitals Tbk. (SILO). Dari aksi korporasi tersebut LPKR telah menjual 18,57% kepemilikannya di SILO. Dengan demikian, kepemilikan Perseroan di SILO turun menjadi 29,09%.
Transaksi strategis ini memungkinkan Perseroan untuk mengurangi tingkat hutang, memperkuat fokusnya pada bisnis real estat dengan tetap mempertahankan kepentingan strategis pada SILO sebagai penyedia layanan kesehatan terkemuka di Indonesia.
Sejak pendirian rumah sakit pertamanya di Lippo Village pada tahun 1992, LPKR telah membangun SILO menjadi jaringan layanan kesehatan terkemuka dengan 41 rumah sakit dan lebih dari 70 klinik di seluruh Indonesia.
Keputusan untuk mengurangi kepemilikan saham SILO tersebut merupakan bagian dari strategi LPKR yang lebih luas untuk berkonsentrasi pada bisnis operasional kawasan yang terintegrasi penuh; dimana meliputi land banking, pengembangan kota mandiri, perumahan, lahan industri, perhotelan, mal gaya hidup, dan taman pemakaman.
Perseroan menerima dana tunai sebesar Rp 6,9 triliun dari transaksi ini, setelah dikurangi pajak. Sekitar Rp 3,9 triliun akan digunakan untuk membayar utang, termasuk obligasi dolar perseroan dan pinjaman lainnya. Sisanya akan digunakan untuk investasi lebih lanjut, penyelesaian proyek, modal kerja dan tujuan korporasi lainnya.
Proyeksi Utang
Dari transaksi ini, utang bersih LPKR diproyeksikan akan turun menjadi Rp 4,3 triliun.
"Transaksi ini menandai sebuah langkah maju dalam penyelarasan strategis perseroan terhadap bisnis utama kami di bidang real estat. Meskipun kami mengurangi kepemilikan saham di SILO, kami tetap berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan dan kesuksesan SILO sebagai pemegang saham strategis.” kata Presiden Direktur LPKR Marlo Budiman dalam keterangan tertulis, Kamis (19/9/2024).
LPKR tetap optimis namun tetap berhati-hati terhadap masa depan bisnis Perseroan, dengan keyakinan bahwa langkah ini akan meningkatkan fleksibilitas keuangan dan memperkuat posisi Perseroan di industri real estate.