Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten semen mengumumkan kinerja untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024.
Pada periode tersebut, kinerja emiten semen kompak mengalami penurunan dari sisi laba. PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) bahkan mencatatkan rugi. CMNT membukukan pendapatan Rp 6,5 triliun hingga September 2024, turun 5,35 persen dibandingkan pendapatan pada September 2023 yang tercatat sebesar Rp 6,86 triliun.
Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 5,15 triliun per September 2024, dibandingkan Rp 5,11 triliun pada September 2024. Memperhitungkan beban pajak dan lainnya, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 175,7 miliar per September 2024. Padahal, pada september tahun lalu perseroan masih membukukan laba Rp 209,71 miliar.
Lalu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 719,72 miliar pada September 2024. Laba itu turun 58,01 persen dibandingkan laba pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,71 triliun.
Penurunan laba sejalan dengan pendapatan perseroan yang turun 4,94 persen menjadi Rp 26,29 triliun pada September 2024. Pada periode yang sama tahun lalu, perseran membukukan pendapatan Rp 27,66 triliun.
Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan pada September 2024 naik menjadi Rp 20,28 triliun dari Rp 20,22 triliun pada September 2023. Alhasil, perseroan membukukan laba kotor Rp 6,02 triliun dibanding Rp 7,44 triliun yang diraih pada September tahun lalu.
PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk per September 2024 sebesar Rp 35,61 miliar. Laba itu turun 34 persen dibandingkan laba pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 53,96 miliar.
Susutnya laba per September 2024 sejalan dengan pendapatan yang turun 2,83 persen menjadi Rp 1.41 triliun dibandingkan Rp 1,45 triliun yang diperoleh pada September tahun lalu.
Kinerja Emiten Semen Lainnya
Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 1,04 triliun per September 2024 dibanding Rp 988,79 miliar pada September 2023. Alhasil, laba kotor perseroan pada September 2024 tergerus menjadi Rp 368 miliar.Adapun pada September 2023, perseroan membukukan laba kotor Rp 460,35 miliar.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,27 triliun. Laba itu turun 16,68 persen dibandingkan laba periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,27 triliun.
Penurunan laba terjadi meski perseroan mencatatkan pertumbuhan dari sisi pendapatan. Pendapatan perseroan pada September 2024 naik 3,04 persen menjadi Rp 13,32 triliun dibanding Rp 12,93 triliun pada September 2023.
Namun, bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 9,24 triliun pada September 2024 dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,84 triliun. Sehingga, laba kotor perseroan pada September 2024 tergerus menjadi Rp 4,08 triliun dari Rp 4,09 triliun yang dicatatkan pada September 2023.
Jumlah Investor Saham di Indonesia Lampaui 6 Juta SID
Sebelumnya, investor pasar modal masih dalam tren tumbuh. Hingga 25 September 2024, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan jumlah investor saham yang telah melampaui 6 juta single investor identification (SID) atau lebih tepatnya 6.001.573 SID. Sepanjang tahun ini, BEI telah mencatat pertumbuhan lebih dari 744 ribu investor baru saham.
Peningkatan jumlah investor ini tak lepas dari kontribusi dan kolaborasi dalam melakukan sosialisasi investasi di pasar modal yang dilakukan oleh Self-Regulatory Organization (SRO) dengan didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta berbagai pemangku kepentingan, seperti Anggota Bursa, Perusahaan Tercatat, dan komunitas pasar modal lainnya.
Dari Januari-Agustus 2024, BEI telah melaksanakan lebih dari 17.083 kegiatan edukasi pasar modal yang menjangkau lebih dari 19,1 juta peserta di seluruh Indonesia.
Hingga Agustus 2024, investor lokal masih mendominasi kepemilikan saham di BEI dengan persentase 51,5% berbanding 48,5% porsi kepemilikan investor asing. Kepemilikan investor individu juga masih dominan dengan persentase 53,3% dengan rincian 38,3% kepemilikan investor institusi dalam negeri dan 15% investor individu berbanding 46,6% kepemilikan investor institusi.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menyampaikan, kondisi pertumbuhan investor saham ini mengindikasikan keyakinan investasi di pasar modal Indonesia yang masih cukup terjaga meski dihadapkan kepada situasi ekonomi global dan domestik yang dipenuhi dengan ketidakpastian.
"Partisipasi investor ritel masih terjaga, dengan secara keseluruhan investor domestik masih menguasai, baik dari segi kepemilikan ataupun transaksi," ujar Iman. dalam keterangan resmi, Jumat (27/9/2024).
Dia menuturkan, berkat kerja sama dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, kinerja pasar modal Indonesia akan terus terjaga ke depan.
"BEI terus menggali potensi-potensi baru dari sisi produk, supply maupun peningkatan jumlah investor,” tambah Iman.
Komitmen BEI
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menambahkan, BEI selalu berkomitmen untuk terus mengembangkan pasar modal Indonesia.
"Salah satu pilar utama dalam pengembangan ini adalah pemberian edukasi dan sosialisasi bagi masyarakat luas, salah satunya melalui Sekolah Pasar Modal (SPM), pendirian Galeri Investasi (GI) BEI, dan Kampanye #AkuInvestorSaham yang telah berhasil menarik jutaan investor baru,” ujar Jeffrey.
Melalui program SPM, BEI terus melakukan edukasi pasar modal secara berkala. Program ini terbuka untuk semua kalangan dan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu SPM rutin (luring dan daring), SPM Syariah, serta SPM untuk institusi dan komunitas.
Selain itu, BEI juga memperluas akses ke dunia investasi melalui pendirian GI BEI yang telah bekerja sama dengan berbagai universitas dan Anggota Bursa di seluruh Indonesia.
Jeffrey menambahkan, GI BEI menjadi strategi kami untuk mendekatkan dunia pasar modal dengan para akademisi, generasi muda, serta komunitas. Di mana BEI ingin menanamkan budaya investasi sejak dini, sekaligus mendorong regenerasi investor yang cerdas dan melek investasi. Saat ini BEI telah memiliki 927 GI BEI di seluruh Indonesia. Kampanye #AkuInvestorSaham juga menjadi bagian penting dari strategi BEI dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, terutama di kalangan investor lokal.
"Regenerasi investor di pasar modal kita menunjukkan angka yang sangat baik yang tercatat sekitar 79% adalah investor berusia di bawah 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa anak muda semakin melek keuangan dan investasi, dan diharapkan menjadi fondasi yang kuat bagi masa depan pasar modal dan perekonomian Indonesia,” kata Jeffrey.
Dengan berbagai inisiatif yang terus berkembang, BEI optimistis pertumbuhan jumlah investor saham di Indonesia akan semakin pesat, seiring dengan meningkatnya literasi keuangan di kalangan masyarakat.