Liputan6.com, Jakarta PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) buka suara mengenai kabar penggabungan usaha atau merger dengan Grab Holdings Ltd (NASDAQ:GRAB). Corporate Secretary GOTO, R A Koesoemohadiani menekankan bahwa saat ini tidak ada kesepakatan antara perseroan dengan pihak manapun.
"Tidak ada kesepakatan antara Perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana telah diberitakan di media massa. Perseroan mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir dan berita- berita tersebut adalah berdasarkan spekulasi," kata R A Koesoemohadiani dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (5/2/2025).
Benar saja, kabar merger antara GOTO dan Grab memang bukan kali pertama berembus. Kabar serupa pernah mencuat satu tahun lalu atau sekitar awal Februari 2024.
Saat itu, pemegang saham utama kedua perusahaan disebut telah mendukung kesepakatan dan mendorong perundingan mengenai merger. Opsi-opsi yang telah dijajaki oleh perusahaan-perusahaan tersebut juga mencakup pemisahan pasar-pasar utama mereka, dengan Grab mendapatkan kendali atas basis mereka di Singapura dan beberapa pasar lainnya, sementara GoTo tetap memegang kendali di Indonesia.
Belakangan, dikabarkan para pihak menargetkan kesepakatan selesai pada 2025. Melansir Investing, pembicaraan ini masih berlangsung, dengan salah satu eksekutif menyatakan bahwa merger harus terjadi sebelum 2025 selesai, atau tidak akan terjadi sama sekali.
"Kami tidak berkomentar mengenai rumor atau spekulasi yang beredar," tanggapan Grab saat Liputan6.com mencoba melakukan konfirmasi mengenai rencana penggabungan usaha tersebut.
Potensi Lampaui UBERGrab, yang terdaftar di Nasdaq, dan GoTo, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dikenal sebagai penyedia layanan transportasi online dan pengantaran makanan. Keduanya telah beberapa kali membahas kemungkinan merger dalam beberapa tahun terakhir. Para analis melihat merger ini sebagai sesuatu yang sulit dihindari karena kedua perusahaan memiliki bisnis yang sangat mirip.
Merger ini juga diperkirakan akan memperkuat ambisi fintech kedua perusahaan serta membantu mereka mengatasi kerugian akibat persaingan yang semakin ketat. Dengan bergabung, mereka bisa membentuk aliansi yang lebih kuat dalam menghadapi pesaing besar seperti Uber Technologies Inc (NYSE:UBER).
Kedua perusahaan ini didukung oleh SoftBank Group Corp. dari Jepang. Grab, yang melantai di Nasdaq melalui merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) pada 2020, memiliki valuasi sebesar USD 18,28 miliar berdasarkan harga penutupan hari Senin. Sementara itu, valuasi GoTo mencapai sekitar 85,85 triliun rupiah (USD 5,25 miliar).
Saham GOTO Menguat
Menyusul kabar tersebut, saham GOTO melanjutkan penguatan di zona hijau. GOTO naik 7,41 persen kep osisi 87 pada penutupan Selasa, 4 Februari 2025. Dalam sepekan, GOTO naik 1,16 persen dan naik 22,54 persen sejakawal tahun atau year to date (YTD).
Analis menilai jika kesepakatan ini benar-benar terjadi, dampaknya bisa sangat signifikan, baik dari sisi bisnis maupun pergerakan saham. Dari perspektif industri, Pengamat pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan penggabungan dua raksasa transportasi digital ini akan memperkuat dominasi di Asia Tenggara, mengurangi persaingan langsung, dan meningkatkan efisiensi operasional.
"Dengan ekosistem yang lebih besar, sinergi bisnis di sektor ride-hailing, layanan keuangan digital, dan e-commerce bisa lebih optimal. Namun, tantangan besar juga mengintai, mulai dari potensi hambatan regulasi anti monopoli hingga tantangan dalam mengintegrasikan budaya perusahaan yang berbeda," kata Hendra kepada Liputan6.com.
Dari sudut pandang investor, Hendra mencermati optimisme terhadap GOTO semakin kuat. Sejak awal tahun 2025, saham GOTO telah menguat 18 persen secara year-to-date (YTD), mencerminkan keyakinan pasar terhadap perbaikan kinerja perusahaan. Hal ini didukung oleh laporan keuangan 9M24 yang menunjukkan peningkatan pendapatan 11 persen yoy menjadi Rp 11,6 triliun, serta perbaikan laba usaha dan laba bersih yang masing-masing tumbuh 76,7 persen yoy dan 52,7 persen yoy.
"Lebih penting lagi, Adjusted EBITDA GOTO hampir mencapai titik impas di -Rp13 miliar, mendekati target positif di 2024. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin GOTO akan mencetak EBITDA positif pada 2025, membuka peluang bagi investor institusi untuk masuk lebih dalam," ulas Hendra.
Prospek Saham GOTO
Dari sisi teknikal, saham GOTO saat ini berada dalam tren positif dengan resistance kuat di level 91. Jika mampu breakout dari level ini, saham berpeluang besar menguji level psikologis 100.
Bloomberg sendiri memperkirakan valuasi saham GOTO dalam skenario merger bisa mencapai lebih dari Rp 100 per lembar, dengan Grab disebut-sebut menargetkan akuisisi pada valuasi lebih dari USD 7 miliar. Dengan sentimen merger yang semakin intens dan potensi profitabilitas yang semakin nyata, investor perlu mencermati momentum ini.
"Jika GOTO benar-benar mencapai EBITDA positif dan merger terealisasi, bukan tidak mungkin saham ini akan kembali menarik perhatian pasar dan mendekati harga IPO-nya. Namun bagi trader jangka pendek, level 91 menjadi kunci, karena breakout dari level ini bisa membuka ruang kenaikan yang lebih besar," imbuh Hendra.