Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai investor ritel di pasar saham Indonesia cukup aktif dan kuat sehingga menopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat koreksi imbas perang tarif Amerika Serikat (AS) dan China. IHSG sempat anjlok sekitar 7,9% pada Selasa, 8 April 2025 usai libur panjang Lebaran 2025. Saat itu, bursa saham global telah terdampak kebijakan perdagangan AS.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy mengatakan, investor asing masih mencatat net sell atau aksi jual di atas Rp 20 triliun sepanjang 2025. Di sisi lain, investor domestik terutama ritel cukup aktif meski pasar saham dibayangi ketidakpastian global imbas perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Investor ritel kita ini mungkin sebagian besar investor yang muncul saat COVID-19 sehingga sudah punya pengalaman. Saat COVID-19 beli (saham-red), karena akan naik. Kami melihat investor ritel cukup kuat,” kata dia saat wawancara dengan Liputan6 SCTV, dikutip Kamis (17/4/2025).
Selain aktif, menurut Irvan, jumlah investor ritel juga cukup banyak. Hal ini juga turut menopang IHSG ketika melemah. “Di bursa 6 juta investor. Investor ritel jadi penopang saat indeks turun, jadi teman-teman investor ritel belajar dari COVID-19, cukup siap dan memiliki kemampuan beli cukup baik,” kata dia.
Di tengah ketidakpastian global, Irvan mengingatkan agar investor terutama investor ritel melakukan diversifikasi investasi. Investor diimbau untuk diversifikasi portofolio misalkan masuk ke reksa dana, obligasi, exchange trade fund (ETF) dan structured waran.
"Kedua memantau perkembangan yang terjadi sekarang, berdiskusi dengan banyak pihak sehingga dapat dipastikan informasi valid terkini, investor tidak menjadi panik. Volatilitas luar biasa, yang perlu disadari volatilitas di bursa tak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga dunia,” kata dia.
Seiring hal itu, ia berharap investor tetap tenang dalam berinvestasi dengan memantau perkembangan pasar dan mendapatkan informasi valid.”Jadi investor ini lebih tenang dan clear,” ujar Irvan.
BEI Catat Lonjakan Investor Saham saat Libur Lebaran 2025
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat lonjakan jumlah investor saham di pasar modal Indonesia selama libur Lebaran pada 28 Maret-8 April 2025.
BEI menyebutkan, ada tambahan 38.676 single investor id (SID) saham baru atau 10,7 persen dari total penambahan SID saham selama 2025.
"Yang menarik adalah penambahan jumlah SID saham antara tanggal 28 Maret sampai 8 April 2025 selama libur Idul Fitri ada penambahan 38.676 SID saham baru atau 10,7 persen dari total penambahan SID saham selama 2025,” ujar Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik, ditulis Kamis (10/4/2025).
BEI mencatat jumlah investor pasar modal Indonesia per akhir 2024 mencapai 14.871.639. Hingga 8 April 2025, jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 15.888.836, sehingga ada tambahan 1.017.147.
Selain itu, Jeffrey menuturkan, hingga kini sebanyak 738 perusahaan telah menyampaikan laporan keuangan tahun buku 2024.
Dari 738 perusahaan itu, terdapat sebanyak 703 perusahaan yang bisa dibandingkan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya.
"Artinya, 35 itu mungkin adalah perusahaan tercatat baru yang tahun lalu belum menyampaikan laporan keuangan. Jadi, dari 738 laporan keuangan, sebanyak 703 itu bisa dibandingkan antara laporan keuangan tahun 2024 dengan tahun 2023,” kata Jeffrey seperti dikutip dari Antara.
BEI mencatat kondisi fundamental perusahaan tercatat di BEI masih positif sepanjang 2024. Dari data BEI menunjukkan aset emiten tumbuh 6,31 persen, ekuitas naik 7,91 persen, pendapatan naik 3,24 persen dan laba bersih menguat 19,32 persen sepanjang 2024 dibandingkan 2023.
“Data itu menunjukkan bahwa tahun 2024 perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara agregat masih membukukan pertumbuhan yang baik,” kata Jeffrey, mengutip Antara
Harapan BEI
BEI berharap resiliensi kinerja emiten tetap terjadi pada 2025, sehingga akan berdampak terhadap laporan keuangan yang semakin tumbuh pada 2025.
“Kita berharap resiliensi itu tetap ada untuk sepanjang 2025 ini, agar laporan keuangan tahun 2025 juga semakin baik. Sehingga, pada giliran nanti akan bisa memberikan benefit bagi para pemegang saham, baik dalam bentuk dividen yang lebih baik maupun dari capital gain yang lebih baik,” tutur Jeffrey.
Semenjak awal tahun 2025 hingga penutupan perdagangan Bursa pada Rabu (09/04), IHSG secara year to date (ytd) melemah 1.124,44 poin atau 15,85 persen (ytd) ke posisi 5.967,99.
Sepanjang tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan dua kali pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan, seiring IHSG melemah lebih dari 5 persen pada 18 Maret 2025 dan pelemahan lebih dari 8 persen pada 8 April 2025.