Liputan6.com, Lampung - Para pejuang dari tanah Lampung telah memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perlawanan para pejuang Lampung memiliki keunikan tersendiri karena menggabungkan kearifan lokal dengan strategi perang gerilya yang efektif.
Mereka memanfaatkan pengetahuan tentang medan perang di wilayah Lampung, seperti hutan, pegunungan, dan aliran sungai untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Belanda. Mengutip dari berbagai sumber, berikut sembilan tokoh pejuang asal Lampung:
1. Pangeran Si Agul Agul
Pangeran Si Agul Agul merupakan patriot Lampung yang berasal dari Belalau Krui. Ia berjuang melawan tentara Inggris yang datang dari Bengkulu tahun 1755-1758.
Bengkulu merupakan jajahan Inggris, dan mereka ingin memperluas daerah jajahan sampai daerah Belalau Krui. Akhirnya Bengkulu ditukar Belanda dengan Singapura.
2. Pangeran Indra Kesuma
Pangeran Indra Kesuma merupakan patriot Lampung yang berasal dari Abung Siwomego. Ia bertempur melawan Belanda di Lampung Utara dan Lampung Timur tahun 1812-1820.
3. Batin Mangunang
Batin Mangunang merupakan patriot Lampung pesisir yang bertempur melawan Belanda di wilayah Teluk Semaka tahun 1820-1833. Batin Mangunang melarikan diri ke Lingga Riau bersama Raden Imba Kesuma dan Kiai Arya Natapraja.
Setelah di Riau, ia ditangkap Sultan Lingga bersama Belanda kemudian dibawa ke Pulau Timur melalui Jakarta. Sampai di Jakarta, Kiai Arya Natapraja sakit dan meninggal, sedangkan Batin Mangunang dan Raden Imba Kesuma meninggal dalam tahanan Belanda di Pulau Timur.
4. Mangku Negara
Perjuangan Mangku Negara melawan penjajah Belanda dilatarbelakangi oleh kematian ayahnya, Batin Mangunang, serta nilai-nilai perlawanan yang ditanamkan sang ayah kepadanya. Meski masih berusia remaja, Mangku Negara telah terlibat dalam perjuangan ayahnya menentang kolonialisme Belanda pada tahun 1830.
Setelah wafatnya Batin Mangunang, Mangku Negara mempersiapkan strategi perlawanan selanjutnya dengan mengumpulkan kekuatan pasukan selama periode 1832-1834. Persiapan matang ini kemudian dilanjutkan dengan perlawanan bersenjata yang dipimpinnya secara langsung dari tahun 1835 hingga 1853.
Perjuangan Mangku Negara berakhir ketika ia jatuh sakit dan meninggal dunia sebelum Belanda meninggalkan wilayah Semaka. Meski demikian, perlawanannya yang berlangsung selama tiga dekade (1830-1860) telah mencatatkan namanya dalam sejarah perjuangan melawan kolonialisme di Tanah Air.
5. Raden Inten I
Raden Inten I merupakan patriot Lampung pesisir Kalianda, sekaligus kakek dari Raden Inten II. Ia berjuang dan bertempur melawan Belanda di wilayah Gunung Raja Basa dan daerah Kalianda mulai tahun 1825-1833. Pada tahun 1833 Raden Inten I akhirnya wafat karena sakit.
6. Raden Imba Kesuma
Raden Imba Kesuma merupakan patriot Lampung pesisir Kalianda. Ia merupakan putra dari Raden Inten I atau ayah dari Raden Inten II, yang berjuang dan bertempur melawan Belanda di daerah Kalianda dan sekitar Gunung Raja Basa tahun 1834-1835.
Karena terdesak oleh Belanda, Raden Imba Kesuma melarikan diri ke Linggau Riau bersama pembantunya, yaitu Kyai Arya Natapraja dan Batin Mangunan dari Semaka. Raden Imba Kesuma meninggal di Pulau Timur dalam status tahanan Belanda.
Pangeran Purbajaya
7. Pangeran Purbajaya
Pangeran Purbajaya adalah pangeran ringgau dengan gelar Sultan Pangeran Batin Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala. Ia merupakan seorang sultan sekalabrak yang bertahta sejak tahun 1789-1869.
Pada tanggal 1 Juli 1982, Purbajaya mendapat anugerah Sandang Mahardeka dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mister G Isakbrus. Sandang Mahardeka diberikan karena jasa besar Pangeran Purbajaya yang berhasil memadamkan kerusuhan di Muko-Muko Bengkulu dan Pasema Lebar.
pada saat itu, ada seorang pejabat Belanda yang tengah berkunjung ke Liwa dengan meniti kuda. Semua pasirah (kepala pemerintahan marga pada masa Hindia Belanda di wilayah Zuid Sumatra atau Sumatera Selatan) dan pemimpin adat diminta untuk datang menghadap mereka.
Di hadapan pejabat Belanda tersebut, semua pasirah dan pemimpin adat turun dan memberi salam kepada sang pejabat Belanda, kecuali Purbajaya. Ia tetap dengan gagah duduk di atas pelana kuda putihnya.
Alasannya karena ia telah menyandang gelar Sandang Mahardeka dan Pangeran, bukan lagi pasirah atau kepala adat. Akibatnya, pertempuran terjadi antara Purbajaya dengan Belanda.
Pada saat inilah rumpun bambu di Desa Kerang Batu Berat, Lampung Barat, diberlakukan ordonasi yang disebut Ferdonasi Van Kerang, karena selalu diambil oleh masyarakat sebagai senjata perang. Dalam pertempuran ini, Purbajaya dengan sangat rela mengambil resiko atas dirinya demi menyelamatkan rakyatnya. Karena jasa tersebut, Pangeran Purbajaya pun diberi gelar pahlawan nasional.
8. Pangeran Dalom Merah Dhani
Pangeran Dalom Merah Dhani adalah Sultan Sekalabrak yang bertakta sejak 1869 hingga 1909. Ia berperan dalam menyebarkan agama Islam di Lampung.
Dalam sejarah, sejak tahun 1899, sepulangnya dari Tanah Suci, ia berkunjung ke Konstantinopel, Istanbul. Di sana, ia diberi sebuah kiswah kain yang menutupi kabah di Mekah, Saudi Arabia.
Kiswah tersebut bertuliskan lafaz tauhid. Kain kiswah ini menandakan bahwa kepaksian Sekalabrak adalah kerajaan penyebar agama Islam sejak dulu.
Selain itu, kiswah juga dijadikan sebagai simbol penguasa untuk memperlihatkan salah satu identitas kebesaran yang dimiliki kerajaan tersebut. Akibatnya, Belanda pun tidak pernah berani menegur aksi Pangeran Dalom Merah Dhani dalam menyebar agama Islam di Lampung.
Selain kain kiswah, Pangeran Dalom Merah Dhani juga dihadiahi dua pedang Istambul oleh Sultan Usmani. Ia juga digelari pahlawan nasional asal Lampung.
9. Pangeran Maulana Balian
Pangeran Maulana Balian adalah Sultan Sekalabrak yang bertata sejak 1949 hingga 1989 asal Lampung. Semasa muda, Maulana menempuh pendidikan di sekolah orang-orang Belanda atau ELS.
Kala itu, hanya ada dua orang pribumi yang bersekolah di sana, salah satunya adalah Maulana. Selain di ELS, Maulana juga ikut pendidikan militer di Batu Sangkar bersama dengan Maraden Panggabean, Ramli, Gustanil Arifin, dan lain-lain.
Semasa hidupnya, Pangeran Maulana Balian selalu memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Ia terlibat dalam banyak pertempuran di berbagai front ketika menentang Belanda maupun Jepang.
Pangeran Maulana Balian adalah salah satu perwira tempur yang diterjunkan pertama di garis depan dalam pertempuran di Ambon untuk menumpas pergolakan di sana. Karena banyak terlibat dalam berbagai pertempuran, Pangeran Maulana Balian pun dianggap sebagai pahlawan kemerdekaan asal Lampung.
Penulis: Ade Yofi Faidzun