Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan Senin, 21 Oktober 2024. Hal ini didukung seiring pelaku pasar menyambut positif pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada Minggu, 20 Oktober 2024.
Tak hanya itu, pelaku pasar juga akan menyambut positif jika Sri Mulyani Indrawati kembali didapuk sebagai Menteri Keuangan. Demikian dikutip dari Antara, Senin, (21/10/2024).
"Rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar obligasi terlihat menguat. IHSG berpeluang menguat dengan support di level 7.600 sampai level 7.521 dan resistance di level 7.800 sampai level 7.950," tutur Hans Kwee kepada ANTARA di Jakarta, Minggu.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji menuturkan,pergerakan IHSG telah berhasil rebound secara teknikal. "Pergerakan IHSG selama berada upchanell, sehingga berpotensi uptren terbuka lebar. Hal ini ditopang dari sentimen domestik dan global," kata dia.
Dari domestik, menurut Nafan, IHSG ditopang stabilitas politik dan keamanan yang terjamin sehingga ciptakan situasi kondusif investasi untuk investor. Sehingga jamin stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Setelah pelantikan presiden dan wakil presiden, Nafan menilai, pelaku pasar akan melihat kebijakan politik Prabowo Subianto sehingga beri sentimen positif untuk realisasikan pertumbuhan ekonomi kesinambungan ke depan. “Kita lihat 100 hari Prabowo-Gibran dan pelantikan menteri,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Sedangkan dari sentimen global, Nafan menilai pergerakan bursa saham masih dipengaruhi proyeksi kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada November 2024. "Menurut saya ini tentunya bisa beri dampak positif bagi peningkatan kepercayaan investor global. Kalau sentimen penurunan suku bunga acuan kuat ke depan ini berikan katalis positif bagi liquidity global,” kata dia.
Sentimen Lainnya
Sementara itu, Hans Kwee mengatakan, dari sentimen global, ada sejumlah sentimen yang akan pengaruhi sikap pelaku pasar keuangan. Hal itu antara lain data ekonomi Amerika Serikat (AS), kebijakan European Central Bank (ECB), stimulus China, serta ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Dari AS, Ia mengatakan, data penjualan ritel dan klaim pengangguran AS lebih baik dibandingkan perkiraan.
"Data ekonomi AS yang lebih baik ini mendorong probabilitas pemotongan 25 basis poin (bps) pada pertemuan awal November 2024 meningkat," kata Hans.
Hans menambahkan, peluang pemotongan 44 bps sampai akhir tahun memiliki arti, kemungkinan November 2024 menjadi pemotongan terakhir pada 2024, yang juga didukung potensi kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Umum (Pemilu) AS pada November 2024.
"Kebijakan Trump lebih agresif, mulai dari pemangkasan pajak, pelanggaran regulasi keuangan dan bisnis, perang tarif. Semua kebijakan ini mendorong inflasi lebih tinggi dan berimbas pada naiknya Yield obligasi serta dolar yang kuat," ujar Hans Kwee.
=
Investor Cermati Perkembangan Ekonomi China
Dari Eropa, Ia menyebut, kebijakan ECB untuk memotong suku bunga acuannya positif bagi pasar keuangan, namun ekonomi Eropa masih di bayang-bayangi perlambatan ekonomi. Sementara itu, ia menambahkan, stimulus dari China menjadi amunisi bagi penguatan pasar keuangan khususnya pasar saham, yang mana ekonomi China membutuhkan stimulus lebih besar untuk keluar dari masalah yang mereka hadapi.
"Harga minyak cenderung melemah setelah ekonomi China terlihat lemah, dan potensi perdamaian di konflik Timur Tengah. Kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar membuat potensi perdamaian menurun dan mendorong minyak cenderung naik," kata Hans.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, IHSG rawan koreksi dengan level support 7.695 dan level resistance 7.810 pada Senin, 21 Oktober 2024.
"Kami perkirakan, pergerakan IHSG akan dipengaruhi pergerakan bursa global. Di mana nampaknya investor masih mencermati perkembangan ekonomi China sembari ada rilis data suku bunga China,” ujar dia.
Kinerja IHSG pada 14-18 Oktober 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan signifikan pada 14-18 Oktober 2024. Analis menilai penguatan IHSG didorong sentimen internal dan eksternal.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (19/10/2024), IHSG melonjak 3,18 persen ke level 7.760,06 pada pekan ini. Pada pekan lalu, IHSG menguat 0,33 persen ke posisi 7.520.
Kapitalisasi pasar bursa juga melambung 3,47 persen menjadi Rp 12.967 triliun dari Rp 12.532 triliun pada pekan lalu.
Peningkatan juga terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian bursa sebesar 6,73 persen menjadi 1,26 juta kali transaksi dari 1,18 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa meningkat 1,08 persen menjadi 23,35 miliar saham dari 23,10 miliar saham pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa merosot 1,37 persen menjadi Rp 10,92 triliun dari Rp 11,08 triliun pada pekan sebelumnya.
Selama sepekan, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 1,27 triliun. Kondisi ini berbeda dari sebelumnya, investor asing jual saham Rp 4,56 triliun. Sepanjang 2024, investor asing mencatatkan aksi beli Rp 44,52 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG naik 3,18 persen disertai dengan ada peningkatan volume pembelian. Ia menuturkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi IHSG. Pertama, rilis data ekonomi China yang masih menunjukkan perlambatan. Kedua, rilis data ekonomi Indonesia yang stabil dan rilis suku bunga acuan yang masih berada di 6 persen.
"Ketiga, rilis data penjualan Amerika Serikat (AS) yang sudah relatif meningkat,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.