Liputan6.com, Jakarta - PT Newport Marine Services Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang sewa dan menyewa kapal akan menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan melepas 28,57 persen saham ke public.
Jumlah saham yang ditawarkan itu setara 1.000.480.000 saham dengan nilai nominal Rp 100. Harga saham perdana yang ditawarkan di kisaran Rp 100-Rp 120 per saham. Demikian mengutip dari laman e-ipo.co.id, Selasa (22/10/2024).
Dengan demikian, Perseroan akan meraup dana maksimal Rp 120,05 miliar. Dana yang akan digunakan dari IPO untuk pelunasan pokok pinjaman sebesar USD 4,78 juta atau setara Rp 75 miliar. Sisa dana IPO akan digunakan untuk modal kerja Perseroan yaitu membiayai menyewa kapal sewa untuk mendukung pendapatan dari kapal sewa tetapi tidak terbatas yaitu kapal jenis oil barge.
Untuk melakukan IPO ini, Perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yakni PT BRI Danareksa Sekuritas.
Hingga April 2024, Perseroan mencatat pendapatan USD 3,10 juta dari periode sama tahun sebelumnya USD 3,51 juta. Laba Perseroan susut menjadi USD 1.684 hingga April 2024 dari periode sama tahun sebelumnya USD 15.448. Ekuitas Perseroan tercatat USD 16,77 juta dan liabilitas tercatat USD 17,09 juta hingga April 2024. Perseroan membukukan aset USD 33,87 juta hingga April 2024.
Setelah IPO, mulai tahun buku 2025 dan seterusnya, manajemen Perseroan akan membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham maksimal 30 persen atas laba bersih tahun berjalan Perseroan.
“Besarnya pembagian dividen ditentukan berdasarkan hasil RUPS Tahunan Perseroan dan akan bergantung pada hasil kegiatan usaha dan arus kas Perseroan serta prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan rencana investasi Perseroan pada masa yang akan datang,” demikian seperti dikutip.
Berikut jadwal IPO:
- Masa penawaran awal pada 21-25 Oktober 2024
- Perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 31 Oktober 2024
- Perkiraan masa penawaran umum perdana saham pada 4-6 November 2024
- Perkiraan tanggal penjatahan pada 6 November 2024
- Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 7 November 2024
- Perkiraan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 November 2024
IPO Melambat selama 3 Kuartal, Bagaimana Potensi ke Depan?
Sebelumnya, pasar IPO Indonesia mengalami perlambatan pada 3 kuartal pertama 2024, tercatat 34 IPO yang berhasil mengumpulkan total USD 300 juta. Kinerja ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatat 66 IPO menghasilkan total USD 3,3 miliar.
EY Indonesia Strategy and Transactions Partner, Reuben Tirtawidjaja menjelaskan, perolehan dana IPO Indonesia pada kuartal tiga 2024 juga lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (USD 1,4 miliar) dan Thailand (USD 0,6 miliar).
“Perlambatan ini terutama disebabkan oleh pemilihan umum pada awal tahun ini dan antisipasi investor terhadap pembentukan pemerintahan baru pada Oktober 2024,” kata Reuben, dalam siaran pers, dikutip Selasa (15/10/2024).
Reuben menambahkan, hal ini mempengaruhi keputusan seputar IPO karena investor semakin berhati-hati, dan banyak yang lebih memilih untuk mengambil pendekatan wait and see mengenai kebijakan pemerintah yang akan datang sebelum membuat keputusan investasi.
Momentum IPO Perusahaan EBT
Reuben menuturkan, ke depannya, energi terbarukan mungkin menjadi salah satu sektor yang harus diwaspadai mengingat semakin besarnya minat pasar terhadap sektor ini, dimana telah terjadi beberapa kali IPO dalam lima tahun terakhir.
“Termasuk suksesnya pencatatan saham perdana PT Kencana Energi Lestari Tbk, PT. Arkora Hydro Tbk, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, dan PT Barito Renewables Energy Tbk,” jelasnya.
Menurutnya, meskipun jumlah IPO energi terbarukan mungkin tidak terlalu mengesankan, harga saham perusahaan-perusahaan ini telah meningkat setidaknya 30 persen pada 30 September 2024 sejak penawaran perdana mereka, yang menunjukkan tingginya minat investor.
“Mengingat komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060 dan antisipasi kebijakan yang menguntungkan dari pemerintahan baru terhadap industri energi terbarukan, diharapkan lebih banyak perusahaan energi terbarukan akan melakukan IPO di tahun-tahun mendatang,” pungkas Reuben.
27 Perusahaan Antre di Pipeline IPO, Intip Rincian Sektornya
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun hingga 11 Oktober 2024, terdapat 36 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 5,42 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 27 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
"Hingga saat ini, terdapat 27 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (12/10/2024).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 12 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Rincian Sektor
Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 5 Perusahaan dari sektor energy
• 2 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 3 Perusahaan dari sektor industrials
• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 3 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic.