Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan Kamis, 9 Januari 2025. Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang memerah.
Mengutip data RTI, IHSG melemah 0,22 persen ke posisi 7.064,58. Indeks LQ45 susut 0,05 persen ke posisi 821,39. Sebagian besar indeks saham acuan merosot.
Pada Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.106,45 dan level terendah 7.062,09. Sebanyak 350 saham melemah dan 236 saham menguat. 211 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.159.049 kali dengan volume perdagangan 17,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,9 triliun.
Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.195. Investor asing beli saham Rp 38,84 miliar. Sepanjang 2025, aksi jual saham oleh investor asing tercatat Rp 2,73 triliun.
Mayoritas sektor saham memerah. Sektor saham energi turun 1,01 persen, dan pimpin koreksi. Sektor saham basic susut 0,87 persen, sektor saham consumer nonsiklikal terpangkas 0,68 persen dan sektor saham consumer siklikal susut 0,92 persen.
Sementara itu, sektor saham kesehatan susut 0,14 persen, sektor saham teknologi turun 0,16 persen, sektor saham infrastruktur susut 0,17 persen dan sektor saham transportasi terperosok 0,41 persen.
Di sisi lain, sektor saham industri naik 0,49 persen, sektor saham keuangan mendaki 0,05 persen dan sektor saham properti bertambah 0,17 persen.
Mengutip Antara, menurut kajian PT Pilarmas Investindo Sekuritas, bursa regional Asia cenderung bergerak melemah.
"Pasar tampaknya merespon risalah The Fed yang menunjukkan akan ada perlambatan pelonggaran kebijakan moneter di tengah inflasi diprediksi masih berlanjut," demikian seperti dikutip.
Sentimen IHSG
Para pejabat The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) khawatir tentang inflasi yang terus-menerus dan dampak potensial dari perubahan kebijakan perdagangan dan imigrasi di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang.
“The Fed juga mengisyaratkan mungkin sudah mendekati titik di mana akan tepat untuk memperlambat laju pelonggaran kebijakan,” demikian seperti dikutip.
Selanjutnya, pasar juga memiliki pandangan terkait rilis data ekonomi China, yang mana harga konsumen di China naik hanya 0,1 persen pada Desember 2024, kenaikan terendah dalam sembilan bulan, sementara harga produsen terus mengalami kontraksi selama 27 bulan berturut-turut.
Data ini menyoroti tekanan deflasi yang berpotensi meningkat di China, meskipun ada langkah-langkah dukungan moneter dan fiskal yang sedang berlangsung.
Sentimen pasar semakin terbebani oleh laporan yang menunjukkan bahwa Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mengumumkan keadaan darurat ekonomi nasional untuk membenarkan tarif yang luas pada sekutu dan musuh.
Top Gainers-Losers
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
Saham BTEK melonjak 25 persen
Saham FORU melonjak 25 persen
Saham SSTM melonjak 25 persen
Saham BRRC melonjak 24,76 persen
Saham RATU melonjak 24,74 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
Saham KSIX merosot 24,96 persen
Saham YOII merosot 22,22 persen
Saham FUTR merosot 20,59 persen
Saham AYLS merosot 18,18 persen
Saham SAFE merosot 13,49 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
Saham PTRO senilai Rp 578,9 miliar
Saham BBCA senilai Rp 419,9 miliar
Saham BBRI senilai Rp 402,7 miliar
Saham BMRI senilai Rp 324,1 miliar
Saham BRMS senilai Rp 269,8 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
Saham HGII tercatat 104.922 kali
Saham KSIX tercatat 52.633 kali
Saham PTRO tercatat 45.966 kali
Saham BRRC tercatat 34.069 kali
Saham LUCK tercatat 32.132 kali
Bursa Saham Asia Pasifik
Mengutip Antara, bursa saham regional Asia pada Kamis sore antara lain, indeks Nikkei melemah 375,97 poin atau 0,94 persen ke level 39.605,09.
Selain itu, indeks Shanghai melemah 18,78 poin atau 0,58 persen ke posisi 3.211,39, indeks Kuala Lumpur melemah 14,02 poin atau 0,87 persen ke posisi 1.600,81, dan indeks Straits Times melemah 24,38 poin atau 0,63 persen ke 3.862,60.