Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) tampaknya telah menemui titik terang. Donald Trump terpantau unggul, mengalahkan Kamala Harris. Kemenangan Trump memang telah banyak diprediksi oleh analis.
Berdasarkan catatan Tim Riset Stockbit Sekuritas, Donald Trump mewacanakan sejumlah kebijakan proteksionis yang lebih berfokus pada perkembangan ekonomi domestik. Antara lain menurunkan pajak korporasi menjadi 15% dari sebelumnya 21%. Lalu menetapkan bea impor sebesar 10–20% atas seluruh barang impor. Khusus untuk China, bea impor yang akan dikenakan sebesar 60%.
Merespons proyeksi kemenangan Donald Trump tersebut, indeks dolar AS (DXY) menguat 1,32% ke level 104,8 pada Rabu, 6 November 2024, sementara yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 12 bps ke level 4,4%.
Di Indonesia, kabar kemenangan Trump menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun 0,6% ke level 15.840 pada hari ini, menandai level terendah dalam 3 bulan terakhir.
Sementara itu, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun naik 11 bps ke level 6,85%. Perlu dicatat, pelemahan kurs juga terlihat pada mata uang negara berkembang (emerging market) lain, dengan nilai tukar ringgit Malaysia turun 1,3% dan peso Filipina turun 0,58%. "Kami melihat kebijakan proteksionis dari Trump berpotensi memperkuat dolar AS.
Secara umum, hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap IHSG karena memicu outflow dari investor asing, khususnya terhadap perusahaan yang memiliki eksposur (utang/impor) besar dalam dolar AS," mengutip tiset Stockbit Sekuritas, Kamis (7/11/2024).
Dari aspek ekonomi, kebijakan proteksionis dari Trump juga dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat AS merupakan sumber net ekspor terbesar kedua bagi Indonesia.
Aksi Jual Investor Asing
Pada perdagangan Rabu, 6 November 2024, investor asing mencatatakan foreign outflow sebesar Rp 1,1 triliun, dengan big banks seperti BMRI dengan outflow Rp 583 miliar, BBNI foreign outflow Rp 132 miliar, dan BBRI outflow Rp 480 miliar.
Sementara itu, beberapa emiten dengan utang atau impor dolar AS yang besar juga mengalami penurunan, seperti ICBP, PWON, dan MAPI.
"Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat mempersempit ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Konsensus Bloomberg mengekspektasikan pemangkasan suku bunga BI sebanyak -25 bps hingga akhir 2024," tulis Tim Riset Stockbit.
Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menjelaskan, di pasar saham Indonesia dampak pilpres AS akan sangat dirasakan terutama di sektor perbankan.
Investor asing yang khawatir terhadap kebijakan Trump yang lebih memprioritaskan pasar AS dapat melihat pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagai area dengan risiko yang lebih tinggi. Jika situasi ini berlanjut, tekanan jual pada sektor perbankan bisa berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Bahkan, tekanan jual pada saham perbankan ini dapat membawa IHSG mendekati level support di 7.356, terutama jika aksi jual asing berlangsung terus-menerus," kata Hendra kepada Liputan6.com.
Sebeumnya Hendra mencermati perbankan di Indonesia terutama saham-saham besar seperti BBRI, BBNI, BMRI, dan BBCA tengah mengalami tekanan jual, dan mungkin akan terus terjadi jika situasi ini berlanjut. Sentimen negatif tersebut disebabkan oleh ekspektasi para investor bahwa kebijakan Trump akan memprioritaskan pasar domestik Amerika, mengurangi ketergantungan pada pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pembukaan IHSG pada 7 November 2024
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi pada perdagangan saham Kamis (7/11/2024). Koreksi IHSG terjadi di tengah bursa saham Asia Pasifik yang tertekan setelah Donald Trump unggul dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS).
Mengutip data RTI, IHSG dibuka stagnan di posisi 7.383,86. Pada pukul 09.18 WIB, IHSG merosot 0,86 persen ke posisi 7.320. Indeks saham LQ45 turun 0,57 persen ke posisi 896. Sebagian besar indeks saham acuan memerah.
Pada awal sesi perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 7.386,38 dan level terendah 7.305,86. Sebanyak 268 saham melemah sehingga menekan IHSG. 170 saham menguat dan 166 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 219.331 kali dengan volume perdagangan 4,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 2,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.784. Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham consumer siklikal naik 0,16 persen dan sektor saham bertambah 0,03 persen.
Sementara itu, sektor saham basic turun 2,16 persen, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham energi terpangkas 0,99 persen, sektor saham industri susut 0,28 persen, sektor saham consumer nonsiklikal susut 0,59 persen. Kemudian sektor saham kesehatan turun 0,56 persen, sektor saham keuangan merosot 0,55 persen. Lalu sektor saham properti terpangkas 0,30 persen, sektor saham teknologi merosot 1,03 persen dan sektor saham infrastruktur melemah 0,62 persen.
Review IHSG
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, IHSG jatuh di bawah 7.400 seiring kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS. Saham bank besar dan ISAT terpukul setelah pemilihan umum (Pemilu) AS. Saham BMRI dan BBNI turun 5 persen. Saham BBRI merosot 16 persen dari posisi puncaknya baru-baru ini pada 23 September 2024.