Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin, 11 November 2024 setelah inflasi Oktober 2024 di China lebih rendah dari yang diharapkan. Hal ini memicu kekhawatiran atas pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Mengutip CNBC, tingkat inflasi itu turun menjadi 0,3 persen, dan tidak memenuhi harapan sebesar 0,4 persen dan juga lebih rendah dari 0,4 persen yang terlihat pada September. Inflasi turun untuk bulan kedua berturut-turut dan turun ke level terendah dalam empat bulan, demikian data LSEG.
Pada Senin, China memulai Single’s Day atau Hari Jomblo yang setara dengan Black Friday di negara itu. Catatan dari ING pada Jumat, 8 November mengatakan kalau Hari Jomblo akan menunjukkan bagaimana konsumsi di China berjalan.
“Kami menduga bahwa mengingat adanya pergeseran ke arah pembelian yang sesuai dengan harga dan belanja daring, kami akan terus melihat angka pertumbuhan yang solid dari acara itu, yang seharusnya dengan nyaman melampaui momentum pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan,” demikian seperti dikutip dari CNBC.
Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,62 persen. Indeks CSI 300 merosot 0,51 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang terpangkas 0,40 persen. Indeks Topix tergelincir 0,32 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan merosot 0,82 persen. Indeks Kosdaq melemah 1,68 persen. Indeks ASX 200 susut 0,43 persen.
Pada Jumat, 8 November 2024, di wall street, indeks acuan cetak rekor. Indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat kinerja mingguan terbaik setelah kemenangan Donald Trump di pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS).
Indeks Dow Jones melambung 259,65 poin atau 0,59 persen ke posisi 43.988,99. Indeks Dow Jones sempat sentuh di atas 44.000. Indeks S&P 500 mendaki 0,38 persen ke posisi 5.995,54 setelah sempat diperdagangkan di atas level 6.000. Indeks Nasdaq melesat 0,09 persen ke posisi 19.286,78.
Penutupan Bursa Saham Asia 8 November 2024
Sebelumnya, Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat, 8 November 2024. Hal ini setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS memangkas suku bunga acuan 25 basis poin dan indeks acuan utama AS melanjutkan reli setelah pemilihan umum (Pemilu).
Mengutip CNBC, investor akan mengamati hari terakhir Kongres Rakyat Nasional China yang diharapkan mengumumkan stimulus fiskal untuk mendukung ekonomi.
Di sisi lain, pengeluaran rumah tangga Jepang pada September menurun pada kecepatan yang lebih lambat dari yang diharapkan, demikian berdasarkan data resmi.
Pengeluaran rumah tangga riil turun 1,1 persen dari penurunan 2,1 persen yang diharapkan dalam jajak pendapat ekonom oleh Reuters.
Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,3 persen menjadi 39.500. Indeks Topix melemah tipis ke posisi 2.742,15. Indeks Kospi di Korea Selatan tergelincir 0,14 persen ke posisi 2.561,15. Indeks Kosdaq naik 1,34 persen ke posisi 743,38.
Indeks Hang Seng di Hong Kong merosot 0,95 persen. Indeks CSI 300 turun 1 persen ke posisi 4.104,05. Indeks ASX 200 di Australia mendaki 0,84 persen ke posisi 8.295,1, dan menandai kenaikan dalam tiga hari berturut-turut.
Penutupan Wall Street pada 8 November 2024
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali cetak rekor pada Jumat, 8 November 2024. Indeks Dow Jones dan S&P 500 mencetak kinerja mingguan terbaik dalam setahun setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS (Pilpres AS).
Mengutip CNBC, indeks Dow Jones naik 259,65 poin atau 0,59 persen ke posisi 43.988,99. Indeks saham unggulan diperdagangkan di atas level 44.000 untuk pertama kalinya selama sesi perdagangan tersebut.
Indeks S&P 500 menguat 0,38 persen ke posisi 5.995,54 setelah sempat diperdagangkan di atas level 6.000. Indeks Nasdaq naik 0,09 persen menjadi 19.286,78, tetapi juga mencetak rekor tertinggi intraday.
Tiga indeks saham unggulan ini akhiri pekan ini pada level penutupan tertinggi.
Pekan ini merupakan pekan yang kuat bagi saham, sebagian besar berkat reli besar pada Rabu pekan ini menyusul kemenangan Donald Trump.
Indeks S&P 500 ditutup naik 4,6 persen selama sepekan. Indeks Dow Jones bertambah 4,61 persen. Dua indeks saham acuan itu cetak mingguan terbaik sejak November 2023.
Indeks Nasdaq bahkan melampaui pergerakan tersebut, dengan kenaikan 5,74 persen. Sedangkan indeks acuan kapitalisasi kecil Russell 2000 melambung 8,57 persen.
"Saham ingin memperhitungkan kebijakan pertumbuhan domestik Donald Trump (melalui kapitalisasi kecil) dan berharap regulasi yang lebih longgar dibandingkan dengan pemerintahan Biden,” ujar Strategist Barclays, Venu Krishna.
"Apakah pergerakan ini berkelanjutan masih harus dilihat, momentum memperpanjang keuntungan tinggi karena pemenang terus menang, dan pergerakan tajam setelah hari pemilu telah mendorong pengukur utama mendekati Russell 2000 yang secara teknis jenuh beli,” ia menambahkan.
Kebijakan Partai Republik
Umumnya investor melihat pemerintah yang dikendalikan Partai Republik lebih menguntungkan dalam hal ekspektasi deregulasi, potensi lebih banyak merger dan akuisisi. Serta pemotongan pajak yang diusulkan.
Namun, kekhawatiran atas defisit federal yang besar dan peningkatan tarif juga telah memicu kekhawatiran kenaikan inflasi.
Beberapa saham yang terkait dengan Trump kembali berkinerja baik pada Jumat. Tesla, yang CEO-nya Elon Musk berkampanye dengan presiden terpilih, naik 8,2% dan berada di jalur untuk sesi positif keempat berturut-turut. Kapitalisasi pasar pembuat mobil melampaui angka USD 1 triliun.
Saham teknologi penegakan hukum Axon Enterprises melonjak lebih dari 28% setelah perusahaan menaikkan panduan pendapatan setahun penuhnya. Trump Media melonjak 15% setelah presiden terpilih itu mengatakan ia tidak berencana menjual sahamnya di perusahaan media sosial itu.
Saham juga mendapat dorongan dari Federal Reserve minggu ini, karena bank sentral menurunkan suku bunga seperempat poin pada Kamis. Ketua Fed Jerome Powell mencatat ia "merasa senang" tentang ekonomi selama konferensi pers setelah perubahan tersebut.
Sementara beberapa orang di Wall Street khawatir tentang valuasi pasar saham, kekuatan pergerakan minggu ini telah meningkatkan keyakinan masih ada ruang untuk bergerak lebih tinggi di bulan-bulan terakhir tahun ini.
"Ketika semuanya tampak berjalan dengan baik, rasanya seperti, 'apa yang akan menimpa kita?" ujar Keith Lerner, co-CIO di Truist Wealth, mengatakan pada "Closing Bell" CNBC hari Jumat.
"Mungkin ada sesuatu yang tidak terduga. Sentimen menjadi sedikit melebar, mungkin sedikit tidak menentu setelah angka bulat ini. Namun secara keseluruhan, kami tetap berpendapat bahwa Anda ingin tetap berpegang pada tren naik primer tersebut,” ia menambahkan.