Liputan6.com, Jakarta - Kabar penggabungan atau merger GoTo dengan Grab kembali mencuat pada pekan ini. Lalu bagaimana gerak saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) di tengah kabar tersebut?
Mengutip data RTI, pada perdagangan Rabu (5/2/2025), pukul 10.35 WIB, harga saham GOTO turun 5,75 persen ke posisi Rp 85 per saham. Harga saham GOTO dibuka turun dua poin ke posisi Rp 85 per saham. Harga saham GOTO berada di level tertinggi Rp 87 dan level terendah Rp 82 per saham. Total frekuensi perdagangan 16.718 kali dengan volume perdagangan 84.699.312 saham. Nilai transaksi Rp 668,6 miliar.
Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,51 persen ke posisi 7.037,31. Indeks LQ45 susut 1,02 persen. Sebagian besar indeks saham acuan memerah.
Pada Selasa, 4 Februari 2025, saham GOTO naik 7,41 persen ke posisi Rp 87 per saham. Saham GOTO dibuka stagnan di posisi Rp 81 per saham. Harga saham GOTO berada di level tertinggi Rp 89 dan level terendah Rp 81. Total frekuensi perdagangan 36.934 saham. Total frekuensi perdagangan 12.978.064 saham. Nilai transaksi Rp 1 triliun. Dalam sepekan, GOTO naik 1,16 persen dan naik 22,54 persen sejakawal tahun atau year to date (YTD).
Penguatan saham GOTO itu terjadi di tengah kabar akan merger dengan Grab. Perusahaan teknologi besar di Asia Tenggara, Grab Holdings Ltd (NASDAQ:GRAB) dan GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), kembali melakukan pembicaraan merger. Belakangan, dikabarkan para pihak menargetkan kesepakatan selesai pada 2025.
Respons GoTo dan Grab
Melansir Investing, Selasa, 4 Februari 2025, pembicaraan ini masih berlangsung, dengan salah satu eksekutif menyatakan bahwa merger harus terjadi sebelum 2025 selesai, atau tidak akan terjadi sama sekali, menurut sumber yang mengetahui masalah ini.
"Kami tidak berkomentar mengenai rumor atau spekulasi yang beredar," tanggapan Grab saat Liputan6.com mencoba melakukan konfirmasi mengenai rencana penggabungan usaha tersebut.
Di sisi lain, Corporate Secretary GOTO, R A Koesoemohadiani menekankan, saat ini tidak ada kesepakatan antara perseroan dengan pihak manapun.
"Tidak ada kesepakatan antara Perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana telah diberitakan di media massa. Perseroan mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir dan berita- berita tersebut adalah berdasarkan spekulasi," kata R A Koesoemohadiani dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (5/2/2025).
Merger GOTO dan Grab Kembali Mencuat, Bagaimana Kata Analis?
Sebelumnya, merger antara GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab Holdings Ltd Grab kembali menjadi sorotan pasar, memicu spekulasi besar terhadap prospek saham GOTO. Belakangan, dikabarkan para pihak menargetkan kesepakatan selesai pada 2025.
Analis menilai jika kesepakatan ini benar-benar terjadi, dampaknya bisa sangat signifikan, baik dari sisi bisnis maupun pergerakan saham. Dari perspektif industri, Pengamat pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan penggabungan atau merger dua raksasa transportasi digital ini akan memperkuat dominasi di Asia Tenggara, mengurangi persaingan langsung, dan meningkatkan efisiensi operasional.
"Dengan ekosistem yang lebih besar, sinergi bisnis di sektor ride-hailing, layanan keuangan digital, dan e-commerce bisa lebih optimal. Namun, tantangan besar juga mengintai, mulai dari potensi hambatan regulasi anti monopoli hingga tantangan dalam mengintegrasikan budaya perusahaan yang berbeda," kata Hendra kepada Liputan6.com, Selasa (4/2/2025).
Dari sudut pandang investor, Hendra mencermati optimisme terhadap GOTO semakin kuat. Sejak awal tahun 2025, saham GOTO telah menguat 18% secara year-to-date (YTD), mencerminkan keyakinan pasar terhadap perbaikan kinerja perusahaan. Hal ini didukung oleh laporan keuangan 9M24 yang menunjukkan peningkatan pendapatan 11% yoy menjadi Rp 11,6 triliun, serta perbaikan laba usaha dan laba bersih yang masing-masing tumbuh 76,7% yoy dan 52,7% yoy.
"Lebih penting lagi, Adjusted EBITDA GOTO hampir mencapai titik impas di -Rp13 miliar, mendekati target positif di 2024. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin GOTO akan mencetak EBITDA positif pada 2025, membuka peluang bagi investor institusi untuk masuk lebih dalam," ulas Hendra.
Prospek Saham GOTO
Dari sisi teknikal, saham GOTO saat ini berada dalam tren positif dengan resistance kuat di level 91. Jika mampu breakout dari level ini, saham berpeluang besar menguji level psikologis 100.
Bloomberg sendiri memperkirakan valuasi saham GOTO dalam skenario merger bisa mencapai lebih dari Rp 100 per lembar, dengan Grab disebut-sebut menargetkan akuisisi pada valuasi lebih dari USD 7 miliar. Dengan sentimen merger yang semakin intens dan potensi profitabilitas yang semakin nyata, investor perlu mencermati momentum ini.
"Jika GOTO benar-benar mencapai EBITDA positif dan merger terealisasi, bukan tidak mungkin saham ini akan kembali menarik perhatian pasar dan mendekati harga IPO-nya. Namun bagi trader jangka pendek, level 91 menjadi kunci, karena breakout dari level ini bisa membuka ruang kenaikan yang lebih besar," imbuh Hendra.
Rencana Merger
Grab, yang terdaftar di Nasdaq, dan GoTo, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dikenal sebagai penyedia layanan transportasi online dan pengantaran makanan.
Keduanya telah beberapa kali membahas kemungkinan merger dalam beberapa tahun terakhir. Para analis melihat merger ini sebagai sesuatu yang sulit dihindari karena kedua perusahaan memiliki bisnis yang sangat mirip.
Merger ini juga diperkirakan akan memperkuat ambisi fintech kedua perusahaan serta membantu mereka mengatasi kerugian akibat persaingan yang semakin ketat. Dengan bergabung, mereka bisa membentuk aliansi yang lebih kuat dalam menghadapi pesaing besar seperti Uber Technologies Inc (NYSE:UBER).
Didukung Softbank
Kedua perusahaan ini didukung oleh SoftBank Group Corp. dari Jepang. Grab, yang melantai di Nasdaq melalui merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) pada 2020, memiliki valuasi sebesar USD 18,28 miliar berdasarkan harga penutupan Senin.
Sementara itu, valuasi GoTo mencapai sekitar Rp 85,85 triliun (USD 5,25 miliar). Merger GOTO-Grab Bukan Isu Baru Kabar penggabungan dua raksasa teknologi ini bukan hal baru. Sebelumnya, kabar serupa berembus satu tahun lalu atau sekitar awal Februari 2024.
Saat itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira memperingatkan bahwa bagaimanapun, GOTO dan Grab adalah dua entitas yang tengah merugi, meski diakui ada peningkatan kerja.
"Dua perusahaan yang sama-sama sakit parah karena rajin bakar duit. Jika GOTO-Grab jadi merger, nilai market cap mencapai Rp 304 triliun," kata Desmond dalam pemberitaan Liputan6.com saat itu.