Bakar Batu dan Pesan Damai untuk Persatuan Papua Pegunungan

1 day ago 15

Liputan6.com, Jayapura Ribuan masyarakat Papua Pegunungan berkumpul makan bersama dalam perayaan bakar batu. Masyarakat berkumpul  di lapangan di Sentani, Kabupaten Jayapura dengan duduk melingkar dan berkelompok.

Bakar batu menjadi tradisi masyarakat Papua Pegunungan dalam pengucapan syukur atau pesta adat lainnya. Olahan daging Babi, umbi-umbian, jagung dan sayur dimasak jadi satu dengan batu panas yang sebelumnya dibakar. Dalam istilah modernnya, olahan ini seperti memasak makanan dalam oven panas. Membutuhkan waktu 4-6 jam dalam proses memasak bakar batu, hingga makanan empuk dan siap santap.

Kali ini, Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Pegunungan, John Tabo dan Ones Pahabol sengaja membuat “pesta rakyat” bakar batu sebagai ucapan syukur atas pelantikan keduanya menjadi gubernur dan wakil gubernur pertama di Provinsi Papua Pegunungan.

Dirinya meminta masyarakat meninggalkan segala perbedaan usai pilkada. Kini saatnya masyarakat bersatu membangun Papua Pegunungan. 

“Pertandingan sudah selesai. Kitorang (kita) harus bersatu, sebab kita semua satu bapak, satu ibu, satu nene (nenek), satu tete (kakek),” kata John Tabo dihadapan ribuan masyarakat yang menghadiri  bakar batu, Rabu (23/4/2025).

Gubernur John Tabo menyerukan persatuan adalah kunci kemajuan bagi Papua Pegunungan. 

"Kita harus meninggalkan ego dan perbedaan, serta bekerja sama untuk membangun Papua Pegunungan yang lebih baik," ujarnya.

Papua Satu

Gubernur John menjelaskan tujuan bakar batu dilakukan sebagai ungkapan syukur bersama rakyat dari wilayah Papua Pegunungan yang berada di Jayapura.

“Kami meminta doa dan dukungan dari semua pihak untuk mendukung perjalanan kepemimpinan kami. Tugas baru menanti untuk melayani masyarakat Papua Pegunungan yang berada di lembah-lembah, gunung dan lereng-lereng," kata John.

Wakil Gubernur Papua Pegunungan, Ones Pahabol menekankan pentingnya persatuan di antara masyarakat Papua, meskipun Provinsi Papua telah dibagi menjadi 6 wilayah administratif.

“Persatuan adalah kunci kemajuan dan kejayaan untuk membangun Papua Pegunungan. Kita harus tetap bersatu, saling mendukung, dan bekerja sama,” ujarnya.

Dia mengajak masyarakat Papua untuk tidak memandang perbedaan wilayah administratif sebagai pemisah, melainkan sebagai kesempatan untuk saling belajar dan bekerja sama.

“Perbedaan adalah  kekuatan, bukan sebagai pemisah. Kita adalah satu. Kita adalah Papua," kata Ones.

Doa Para Leluhur

Wakil Ketua II Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Pegunungan, Benny Mawel menyebutkan acara bakar batu Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Pegunungan yang dilakukan di Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua tak perlu lagi diperdebatkan.

Menurutnya sebagai provinsi baru, selayaknya pemerintah Provinsi Papua Pegunungan meminta restu dan doa leluhur dalam membangun daerahnya kepada provinsi induk Papua.

“Papua sebagai provinsi induk dan sah saja melakukan tradisi bakar batu di Papua. Ini sudah tepat. Tradisi bakar batu juga menjadi ucapan syukur dan doa untuk para leluhur dan nenek moyang. Hal inilah sebagai budaya orang adat, sebelum melakukan hal lainnya untuk kehidupan lebih baik,” katanya.

Dia menjelaskan pemilihan lokasi bakar batu tak perlu lagi diperdebatkan atau dikontroversikan.

“Orang Papua itu satu dan kita hanya beda kebun, beda tempat. Kita bangun kebun ini untuk Papua dan tak ada perbedaan, apakah di gunung, pantai dan lainnya,” ujarnya.

Dirinya berharap orang Papua harus banyak belajar, misalnya dalam hal memelihara hewan ternak babi hingga bisa dijual ternaknya untuk acara bakar batu.

“Hal-hal seperti ini menjadi pelajaran. Jangan saling menyalahkan, harusnya sesama orang Papua saling mendukung dan tak perlu diperdebatkan lagi perbedaan itu,” ujarnya.

Sebagai lembaga kultural orang asli Papua, MRP berharap John Tabo dan Ones Pahabol membangun wilayah Papua Pegunungan lebih baik lagi. 

Benny mengatakan, MRP Pegunungan menyetujui kedua tokoh ini menjadi harapan dan aspirasi bagi Papua Pegunungan. Terlebih keduanya adalah anak adat yang sudah terbukti saat menjabat sebagai bupati di wilayah pegunungan.

“Kami percaya, keduanya memiliki hati untuk rakyat. Lima tahun pertama keduanya harus berjuang memenuhi hal-hal yang selalu menjadi persoalan di Papua Pegunungan, terutama akses transportasi darat dan udara,” jelasnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |