Liputan6.com, Yogyakarta - Martha Christina Tiahahu merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia bergabung dalam pertempuran saat usianya masih sangat muda.
Martha Christina Tiahahu lahir pada 4 Januari 1800 di Nusa Laut, Kepulauan Maluku. Pada masa pertempuran, ia bergabung dengan pasukan Thomas Matulessy (Pattimura) di usia 16 atau 17 tahun.
Ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, merupakan seorang pemimpin perlawanan di Nusa Laut. Sementara ibunya adalah seorang keturunan kapitan besar Lolohowarlau dari negeri Titawasi yang bernama Sina.
Martha Christina memiliki darah kapitan dari pihak ayah maupun ibunya. Tak heran, jika keberaniannya terus membara meski usianya masih sangat muda untuk sebuah pertempuran.
Awal keikutsertaan Martha Christina dalam pertempuran adalah saat tembusan surat perintah Pattimura sampai di tangan para Kapitan Nusalaut. Tembusan surat itu berisi ajakan untuk ikut serta melawan Belanda.
Diam-diam, Martha Christina mengikuti pembicaraan ayahnya dengan para kapitan lainnya. Ayahnya pun bersiap berangkat menghadiri pertemuan ke Saparua pada 14 Mei 1917.
Saat itulah, ia memohon kepada ayahnya untuk diperbolehkan turut ke Saparua. Tentu saja, sang ayah menolak karena keadaannya sangat berbahaya bagi seorang gadis remaja.
Terhitung sudah tiga kali Paulus Tiahahu melarang putrinya ikut. Namun, Martha Christina tetap pada pendiriannya, hingga sang ayah akhirnya mengizinkan.
Dalam pertemuan di Saparua, Paulus Tiahahu mengemukakan tanggapan dan sikapnya terhadap penjajah Belanda. Ia juga memiliki permintaan khusus, yakni meminta izin Thomas Matulessy agar Martha Christina diizinkan ikut mendampinginya dalam medan pertempuran.
Thomas Matulessy pun mengizinkan Martha Christina untuk ikut serta dalam peperangan. Martha Christina kemudian bergabung dalam barisan pejuang yang memegang tombak dan parang.
Pertempuran Dahsyat
Dalam perlawanan terhadap Belanda, Thomas Matulessy mengangkat Paulus Tiahahu sebagai kapitan Nusalaut. Ia dibantu oleh pimpinan pejuang lainnya, seperti Martha Christina, Kapitan Abubu, dan Hehanussa Raja Titawaai.
Untuk memperkuat dan mempersiapkan strategi perjuangan di Nusalaut, Thomas Matulessy mengirim panglimanya yang terkenal, Anthone Rhebok. Pasukan ini melakukan penyerangan terhadap Benteng Beverwijk di Sila-Leinitu dan berhasil merebut benteng.
Dalam pertempuran di Ulat dan Ouw, Martha Christina dengan semangat membara turun ke medan perang. Ketika senjata api kehabisan mesiu, ia menggunakan batu untuk menggempur musuh.
Pertempuran dahsyat tersebut merenggut nyawa pemimpin pasukan musuh, Mayor Mayer. Namun, Kapten Vermeulen Krieger mengambil alih pasukan dan Belanda pun melakukan serangan bertubi-tubi.
Akhirnya, pasukan rakyat terpaksa mundur dan jatuhlah kubu pertahanan yang terakhir di Lease. Para pemimpin pasukan rakyat ditangkap, termasuk Pattimura, Lucas Latumahina, Anthone Rhebok, Thomas Pattiwael, Said Perintah, Paulus Tiahahu, Martha Christina Tiahahu, Raja Hehanusa, Raja Ulat, dan Patih Ouw ditangkap.
Mereka divonis hukuman mati dan beberapa ada yang dibuang ke Jawa untuk dipekerjakan di kebun kopi. Namun, Martha Cristina dibebaskan dari hukuman karena dianggap masih terlalu muda.
Paulus Tiahahahu dijatuhi hukuman mati. Sementara itu, seluruh rakyat Nusalaut dikerahkan ke lapangan yang terletak di benteng Beverwijk untuk menyaksikan eksekusi tersebut.
Setelah membebaskan Martha Christina, Belanda menyadari bahwa gadis keturunan Kapitan itu memiliki pengaruh besar terhadap penduduk, sehingga berpotensi membahayakan kedudukan Belanda.
Belanda pun kembali menangkap Martha Christina dan membuangnya untuk kerja paksa di kebun kopi bersama dengan tawanan lainnya, seperti Pattiwael (Raja Tiouw), J. Sahetappy (Guru sekolah di Saparua yang selama perang Pattimura bertindak sebagai Pendeta), Pattigoela (orang kaya dari Wakkal), dan Hehanusa (Raja Titawasi). Dalam perjalan menuju Jawa, Martha Christina mogok makan hingga jatuh sakit.
Ia kemudian meninggal dunia pada 2 Januari 1918. Jenazahnya dibuang ke Laut Banda. Pada 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu tercatat sebagai Pahlawan Nasional berkat keberaniannya melawan penjajah Belanda pada 1816.
Penulis: Resla