Thailand Terancam Rugi Rp 360 Triliun Gara-Gara Kebijakan Tarif Trump

2 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, diprediksi akan berdampak buruk pada sektor bisnis utama di Thailand. Bahkan, diperkirakan Negeri Gajah Putih ini akan mengalami kerugian hingga US$ 24 miliar atau setaa Rp 360 triliun.

Ketua The Federation of Thai Industries (FTI), Kriengkrai Thiennukul, menjelaskan bahwa tarif impor yang diterapkan AS, kepada sejumlah produk Thailand akan berdampak signifikan terhadap daya saing produk lokal di pasar internasional.

"Thailand perlu segera mencari solusi untuk menjaga daya saing ekspor dan mempertahankan investasi asing di tengah tekanan ekonomi global," ujarnya disitat dari Asia Nikkei, Sabtu (10/5/2025).

Sementara itu, pemerintah Thailand saat ini tengah berupaya mencari solusi untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan tersebut.

Beberapa langkah yang sedang dipertimbangkan termasuk memperluas pasar ekspor ke negara-negara Asia lainnya dan memperkuat sektor industri dalam negeri.

Sektor-sektor utama yang akan terkena imbas terbesar tarif impor Trump ini antara lain industri otomotif, pengolahan makanan, dan pertanian.

Kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan terhadap produk-produk ekspor Thailand dinilai menghambat daya saing di pasar internasional, terutama di AS yang merupakan salah satu mitra dagang utama.

Tarif Trump Bisa Pangkas Produksi Mobil hingga 1,5 Juta Unit pada 2025

Kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump diperkirakan akan berdampak signifikan pada industri otomotif global.

Menurut analisis dari S&P Global Mobility, yang disitat dari Carscoops, produksi mobil secara global diprediksi turun sekitar 2 persen pada 2025, setara dengan pengurangan sebanyak 1,55 juta unit dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan ini terutama akan dirasakan di Amerika Utara, di mana produksi kendaraan dapat amblas hingga 9 persen sepanjang tahun ini. Selain itu, jumlah penjualan mobil di Negeri Paman Sam juga diperkirakan akan turun sekitar 3 persen.

Hal ini disebabkan oleh tingginya ketergantungan industri otomotif Amerika Serikat untuk komponen dan kendaraan impor, dengan hampir 50 persen mobil baru yang dijual di Amerika Serikat diproduksi di luar negeri dan antara 30 persen hingga 60 persen suku cadangnya diimpor.

Beberapa produsen mobil telah mengambil langkah untuk mengurangi dampak tarif ini, dengan memindahkan sebagian produksi ke Amerika Serikat.

Contoh, Volvo yang berencana memproduksi model kedua secara lokal, dan Honda yang akan memindahkan produksi Civic Hybrid ke dalam negeri.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |